Selasa, 05 Februari 2013

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS V MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING METODE INSIDE-OUTSIDE CIRCLE DI SDN 12 GUGUAK KECAMATAN GUGUAK KABUPATEN LIMA PULUH KOTA


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membangun manusia seutuhnya yang berkualitas sesuai dengan yang diinginkan. Pendidikan tersebut antara lain bisa ditempuh melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran ini merupakan inti dari pendidikan secara keseluruhan.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran selama ini, ada kecendrungan bahwa peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi dan pada mata pelajaran apapun guru lebih banyak mendorong agar siswa dapat menguasai sejumlah materi pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya (2007:1), “dengan kata lain otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari”.
Mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar (SD), mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis, serta menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik; dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tanggal 28 Maret 2011 di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota, ditemukan fenomena bahwa hasil belajar siswa tampak rendah pada pembelajaran IPS. Dari hasil wawancara awal yang dilakukan terhadap guru kelas V di SDN 12 Guguak, diketahui bahwa kurang maksimalnya hasil ujian mid pembelajaran IPS di kelas V yang siswanya berjumlah 13 orang. Di sekolah ini, kriteria ketuntasan minimal (KKM), khususnya untuk mata pelajaran IPS adalah 65. Dalam hal ini, terdapat 6 orang siswa yang nilainya di bawah KKM (32, 42, 44, 54, 55, 58), sementara nilainya yang berada di atas KKM adalah 7 orang siswa (64, 67, 78, 82, 86, 88, 90). Secara ringkas, gambaran pencapaian KKM di kelas V ini bisa dilihat seperti tabel di bawah ini:
Tabel 1.
Nilai Ujian Mid Semester I Siswa Kelas V SDN 12 Guguak Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota pada Mata Pelajaran IPS Tahun Ajaran 2010/2011

Ujian Mid Semester
Nilai IPS
Pencapaian KKM
Tertinggi
Terendah
Rata-rata
Nilai ≥ 65
Nilai ≤ 65
1
90
32
64,62
7 orang
6 orang
Sumber: Guru Kelas V SDN 12 Guguak Kecamatan Guguak,
 Kabupaten Lima Puluh Kota
Menurut Eva Gusmeri guru kelas V SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota biasanya dalam pembelajaran (termasuk pembelajaran IPS) terdapat 5 orang siswa yang sering tidak memperhatikan guru. Mereka bermain-main dan bercerita dengan teman sebangkunya, berkelahi, dan ada pula yang izin keluar masuk sehingga tugas yang diberikan guru pun sering tidak selesai. Ketika mereka tidak memperhatikan pelajaran, mereka sering ditegur oleh guru, namun mereka tidak menghiraukannya. Menurut peneliti, hal ini terjadi karena siswa kurang tertarik dengan apa yang disampaikan guru di kelas. Seorang guru harus mampu untuk mencari jalan keluar atas permasalahan ini untuk memotivasi siswa agar timbul rasa ingin tahu, perhatian, tertarik, dan senang terhadap pembelajaran tersebut.
Guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Menurut Oemar Hamalik (2007:33),
Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar-mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil-tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan kata lain: guru harus mampu menciptakan suatu situasi belajar yang sebaik-baiknya.

Selama ini penggunaan metode ceramah lebih banyak dilakukan dan dipandang lebih efektif. Siswa lebih banyak mendengarkan, melihat kegiatan yang dilakukan guru di muka kelas. Keadaan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja karena siswa akan merasa bosan dengan metode yang hanya mengandalkan penjelasan dari guru (metode ceramah). Apalagi mengingat bahwa guru memegang peranan penting untuk melakukan perubahan. Di sini, peneliti memberikan solusi terhadap masalah tersebut di atas, yaitu melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle.
Stahl (dalam Etin Solihatin, 2007:5), mengatakan bahwa “model pembelajaran cooperative learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar” kemudian Slavin (dalam Etin, 2007:4) mengatakan bahwa “Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen”.
Selanjutnya menurut Agus Suprijono (2010:97), “Pembelajaran melalui model Cooperative Learning metode Inside-Outside Circle diawali dengan pembentukan kelompok. Jika kelas terdiri dari 40 orang bagilah menjadi 2 kelompok besar. Tiap-tiap kelompok besar terdiri dari 2 kelompok lingkaran dalam dengan jumlah anggota 10 dan kelompok lingkaran luar terdiri dari 10 orang”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui model Cooperative Learning metode Inside-Outside Circle merupakan model pembelajaran yang menuntut kerjasama antara siswa dan dapat menjadikan siswa terlibat aktif dan dirasa dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar yang optimal.
Karena peneliti merasa tertarik dengan masalah di atas, maka peneliti membahasnya dalam bentuk penelitian yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Kelas V melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak,  Kabupaten Lima Puluh Kota”.

B.     Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan serta kemampuan peneliti yang terbatas, maka penelitian ini dibatasi pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota yang tampak pada saat mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan membuat rangkuman.

C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota?


D.    Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: untuk peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota?

E.     Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini guru dapat mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran serta dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, di antaranya:
1.      Bagi siswa SD, membantu siswa meningkatkan aktivitas dan hasil belajarnya sehingga dapat mengikuti pembelajaran IPS dengan baik.
2.      Bagi guru SD, sebagai pedoman melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle dalam pembelajaran IPS.
3.      Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah.
4.      Bagi peneliti, dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan peneliti tentang Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle dalam pembelajaran IPS.

 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membangun manusia seutuhnya yang berkualitas sesuai dengan yang diinginkan. Pendidikan tersebut antara lain bisa ditempuh melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran ini merupakan inti dari pendidikan secara keseluruhan.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran selama ini, ada kecendrungan bahwa peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi dan pada mata pelajaran apapun guru lebih banyak mendorong agar siswa dapat menguasai sejumlah materi pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya (2007:1), “dengan kata lain otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari”.
Mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar (SD), mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis, serta menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik; dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tanggal 28 Maret 2011 di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota, ditemukan fenomena bahwa hasil belajar siswa tampak rendah pada pembelajaran IPS. Dari hasil wawancara awal yang dilakukan terhadap guru kelas V di SDN 12 Guguak, diketahui bahwa kurang maksimalnya hasil ujian mid pembelajaran IPS di kelas V yang siswanya berjumlah 13 orang. Di sekolah ini, kriteria ketuntasan minimal (KKM), khususnya untuk mata pelajaran IPS adalah 65. Dalam hal ini, terdapat 6 orang siswa yang nilainya di bawah KKM (32, 42, 44, 54, 55, 58), sementara nilainya yang berada di atas KKM adalah 7 orang siswa (64, 67, 78, 82, 86, 88, 90). Secara ringkas, gambaran pencapaian KKM di kelas V ini bisa dilihat seperti tabel di bawah ini:
Tabel 1.
Nilai Ujian Mid Semester I Siswa Kelas V SDN 12 Guguak Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota pada Mata Pelajaran IPS Tahun Ajaran 2010/2011

Ujian Mid Semester
Nilai IPS
Pencapaian KKM
Tertinggi
Terendah
Rata-rata
Nilai ≥ 65
Nilai ≤ 65
1
90
32
64,62
7 orang
6 orang
Sumber: Guru Kelas V SDN 12 Guguak Kecamatan Guguak,
 Kabupaten Lima Puluh Kota
Menurut Eva Gusmeri guru kelas V SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota biasanya dalam pembelajaran (termasuk pembelajaran IPS) terdapat 5 orang siswa yang sering tidak memperhatikan guru. Mereka bermain-main dan bercerita dengan teman sebangkunya, berkelahi, dan ada pula yang izin keluar masuk sehingga tugas yang diberikan guru pun sering tidak selesai. Ketika mereka tidak memperhatikan pelajaran, mereka sering ditegur oleh guru, namun mereka tidak menghiraukannya. Menurut peneliti, hal ini terjadi karena siswa kurang tertarik dengan apa yang disampaikan guru di kelas. Seorang guru harus mampu untuk mencari jalan keluar atas permasalahan ini untuk memotivasi siswa agar timbul rasa ingin tahu, perhatian, tertarik, dan senang terhadap pembelajaran tersebut.
Guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Menurut Oemar Hamalik (2007:33),
Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar-mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil-tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan kata lain: guru harus mampu menciptakan suatu situasi belajar yang sebaik-baiknya.

Selama ini penggunaan metode ceramah lebih banyak dilakukan dan dipandang lebih efektif. Siswa lebih banyak mendengarkan, melihat kegiatan yang dilakukan guru di muka kelas. Keadaan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja karena siswa akan merasa bosan dengan metode yang hanya mengandalkan penjelasan dari guru (metode ceramah). Apalagi mengingat bahwa guru memegang peranan penting untuk melakukan perubahan. Di sini, peneliti memberikan solusi terhadap masalah tersebut di atas, yaitu melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle.
Stahl (dalam Etin Solihatin, 2007:5), mengatakan bahwa “model pembelajaran cooperative learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar” kemudian Slavin (dalam Etin, 2007:4) mengatakan bahwa “Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen”.
Selanjutnya menurut Agus Suprijono (2010:97), “Pembelajaran melalui model Cooperative Learning metode Inside-Outside Circle diawali dengan pembentukan kelompok. Jika kelas terdiri dari 40 orang bagilah menjadi 2 kelompok besar. Tiap-tiap kelompok besar terdiri dari 2 kelompok lingkaran dalam dengan jumlah anggota 10 dan kelompok lingkaran luar terdiri dari 10 orang”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui model Cooperative Learning metode Inside-Outside Circle merupakan model pembelajaran yang menuntut kerjasama antara siswa dan dapat menjadikan siswa terlibat aktif dan dirasa dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar yang optimal.
Karena peneliti merasa tertarik dengan masalah di atas, maka peneliti membahasnya dalam bentuk penelitian yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Kelas V melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak,  Kabupaten Lima Puluh Kota”.

B.     Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan serta kemampuan peneliti yang terbatas, maka penelitian ini dibatasi pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota yang tampak pada saat mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan membuat rangkuman.

C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota?


D.    Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: untuk peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota?

E.     Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini guru dapat mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran serta dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, di antaranya:
1.      Bagi siswa SD, membantu siswa meningkatkan aktivitas dan hasil belajarnya sehingga dapat mengikuti pembelajaran IPS dengan baik.
2.      Bagi guru SD, sebagai pedoman melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle dalam pembelajaran IPS.
3.      Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah.
4.      Bagi peneliti, dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan peneliti tentang Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle dalam pembelajaran IPS.

 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membangun manusia seutuhnya yang berkualitas sesuai dengan yang diinginkan. Pendidikan tersebut antara lain bisa ditempuh melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran ini merupakan inti dari pendidikan secara keseluruhan.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran selama ini, ada kecendrungan bahwa peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi dan pada mata pelajaran apapun guru lebih banyak mendorong agar siswa dapat menguasai sejumlah materi pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya (2007:1), “dengan kata lain otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari”.
Mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar (SD), mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis, serta menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik; dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tanggal 28 Maret 2011 di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota, ditemukan fenomena bahwa hasil belajar siswa tampak rendah pada pembelajaran IPS. Dari hasil wawancara awal yang dilakukan terhadap guru kelas V di SDN 12 Guguak, diketahui bahwa kurang maksimalnya hasil ujian mid pembelajaran IPS di kelas V yang siswanya berjumlah 13 orang. Di sekolah ini, kriteria ketuntasan minimal (KKM), khususnya untuk mata pelajaran IPS adalah 65. Dalam hal ini, terdapat 6 orang siswa yang nilainya di bawah KKM (32, 42, 44, 54, 55, 58), sementara nilainya yang berada di atas KKM adalah 7 orang siswa (64, 67, 78, 82, 86, 88, 90). Secara ringkas, gambaran pencapaian KKM di kelas V ini bisa dilihat seperti tabel di bawah ini:
Tabel 1.
Nilai Ujian Mid Semester I Siswa Kelas V SDN 12 Guguak Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota pada Mata Pelajaran IPS Tahun Ajaran 2010/2011

Ujian Mid Semester
Nilai IPS
Pencapaian KKM
Tertinggi
Terendah
Rata-rata
Nilai ≥ 65
Nilai ≤ 65
1
90
32
64,62
7 orang
6 orang
Sumber: Guru Kelas V SDN 12 Guguak Kecamatan Guguak,
 Kabupaten Lima Puluh Kota
Menurut Eva Gusmeri guru kelas V SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota biasanya dalam pembelajaran (termasuk pembelajaran IPS) terdapat 5 orang siswa yang sering tidak memperhatikan guru. Mereka bermain-main dan bercerita dengan teman sebangkunya, berkelahi, dan ada pula yang izin keluar masuk sehingga tugas yang diberikan guru pun sering tidak selesai. Ketika mereka tidak memperhatikan pelajaran, mereka sering ditegur oleh guru, namun mereka tidak menghiraukannya. Menurut peneliti, hal ini terjadi karena siswa kurang tertarik dengan apa yang disampaikan guru di kelas. Seorang guru harus mampu untuk mencari jalan keluar atas permasalahan ini untuk memotivasi siswa agar timbul rasa ingin tahu, perhatian, tertarik, dan senang terhadap pembelajaran tersebut.
Guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Menurut Oemar Hamalik (2007:33),
Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar-mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil-tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan kata lain: guru harus mampu menciptakan suatu situasi belajar yang sebaik-baiknya.

Selama ini penggunaan metode ceramah lebih banyak dilakukan dan dipandang lebih efektif. Siswa lebih banyak mendengarkan, melihat kegiatan yang dilakukan guru di muka kelas. Keadaan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja karena siswa akan merasa bosan dengan metode yang hanya mengandalkan penjelasan dari guru (metode ceramah). Apalagi mengingat bahwa guru memegang peranan penting untuk melakukan perubahan. Di sini, peneliti memberikan solusi terhadap masalah tersebut di atas, yaitu melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle.
Stahl (dalam Etin Solihatin, 2007:5), mengatakan bahwa “model pembelajaran cooperative learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar” kemudian Slavin (dalam Etin, 2007:4) mengatakan bahwa “Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen”.
Selanjutnya menurut Agus Suprijono (2010:97), “Pembelajaran melalui model Cooperative Learning metode Inside-Outside Circle diawali dengan pembentukan kelompok. Jika kelas terdiri dari 40 orang bagilah menjadi 2 kelompok besar. Tiap-tiap kelompok besar terdiri dari 2 kelompok lingkaran dalam dengan jumlah anggota 10 dan kelompok lingkaran luar terdiri dari 10 orang”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui model Cooperative Learning metode Inside-Outside Circle merupakan model pembelajaran yang menuntut kerjasama antara siswa dan dapat menjadikan siswa terlibat aktif dan dirasa dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar yang optimal.
Karena peneliti merasa tertarik dengan masalah di atas, maka peneliti membahasnya dalam bentuk penelitian yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Kelas V melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak,  Kabupaten Lima Puluh Kota”.

B.     Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan serta kemampuan peneliti yang terbatas, maka penelitian ini dibatasi pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota yang tampak pada saat mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan membuat rangkuman.

C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota?


D.    Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: untuk peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota?

E.     Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini guru dapat mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran serta dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, di antaranya:
1.      Bagi siswa SD, membantu siswa meningkatkan aktivitas dan hasil belajarnya sehingga dapat mengikuti pembelajaran IPS dengan baik.
2.      Bagi guru SD, sebagai pedoman melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle dalam pembelajaran IPS.
3.      Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah.
4.      Bagi peneliti, dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan peneliti tentang Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle dalam pembelajaran IPS.

 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membangun manusia seutuhnya yang berkualitas sesuai dengan yang diinginkan. Pendidikan tersebut antara lain bisa ditempuh melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran ini merupakan inti dari pendidikan secara keseluruhan.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran selama ini, ada kecendrungan bahwa peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi dan pada mata pelajaran apapun guru lebih banyak mendorong agar siswa dapat menguasai sejumlah materi pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya (2007:1), “dengan kata lain otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari”.
Mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar (SD), mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis, serta menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik; dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tanggal 28 Maret 2011 di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota, ditemukan fenomena bahwa hasil belajar siswa tampak rendah pada pembelajaran IPS. Dari hasil wawancara awal yang dilakukan terhadap guru kelas V di SDN 12 Guguak, diketahui bahwa kurang maksimalnya hasil ujian mid pembelajaran IPS di kelas V yang siswanya berjumlah 13 orang. Di sekolah ini, kriteria ketuntasan minimal (KKM), khususnya untuk mata pelajaran IPS adalah 65. Dalam hal ini, terdapat 6 orang siswa yang nilainya di bawah KKM (32, 42, 44, 54, 55, 58), sementara nilainya yang berada di atas KKM adalah 7 orang siswa (64, 67, 78, 82, 86, 88, 90). Secara ringkas, gambaran pencapaian KKM di kelas V ini bisa dilihat seperti tabel di bawah ini:
Tabel 1.
Nilai Ujian Mid Semester I Siswa Kelas V SDN 12 Guguak Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota pada Mata Pelajaran IPS Tahun Ajaran 2010/2011

Ujian Mid Semester
Nilai IPS
Pencapaian KKM
Tertinggi
Terendah
Rata-rata
Nilai ≥ 65
Nilai ≤ 65
1
90
32
64,62
7 orang
6 orang
Sumber: Guru Kelas V SDN 12 Guguak Kecamatan Guguak,
 Kabupaten Lima Puluh Kota
Menurut Eva Gusmeri guru kelas V SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota biasanya dalam pembelajaran (termasuk pembelajaran IPS) terdapat 5 orang siswa yang sering tidak memperhatikan guru. Mereka bermain-main dan bercerita dengan teman sebangkunya, berkelahi, dan ada pula yang izin keluar masuk sehingga tugas yang diberikan guru pun sering tidak selesai. Ketika mereka tidak memperhatikan pelajaran, mereka sering ditegur oleh guru, namun mereka tidak menghiraukannya. Menurut peneliti, hal ini terjadi karena siswa kurang tertarik dengan apa yang disampaikan guru di kelas. Seorang guru harus mampu untuk mencari jalan keluar atas permasalahan ini untuk memotivasi siswa agar timbul rasa ingin tahu, perhatian, tertarik, dan senang terhadap pembelajaran tersebut.
Guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Menurut Oemar Hamalik (2007:33),
Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar-mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil-tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan kata lain: guru harus mampu menciptakan suatu situasi belajar yang sebaik-baiknya.

Selama ini penggunaan metode ceramah lebih banyak dilakukan dan dipandang lebih efektif. Siswa lebih banyak mendengarkan, melihat kegiatan yang dilakukan guru di muka kelas. Keadaan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja karena siswa akan merasa bosan dengan metode yang hanya mengandalkan penjelasan dari guru (metode ceramah). Apalagi mengingat bahwa guru memegang peranan penting untuk melakukan perubahan. Di sini, peneliti memberikan solusi terhadap masalah tersebut di atas, yaitu melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle.
Stahl (dalam Etin Solihatin, 2007:5), mengatakan bahwa “model pembelajaran cooperative learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar” kemudian Slavin (dalam Etin, 2007:4) mengatakan bahwa “Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen”.
Selanjutnya menurut Agus Suprijono (2010:97), “Pembelajaran melalui model Cooperative Learning metode Inside-Outside Circle diawali dengan pembentukan kelompok. Jika kelas terdiri dari 40 orang bagilah menjadi 2 kelompok besar. Tiap-tiap kelompok besar terdiri dari 2 kelompok lingkaran dalam dengan jumlah anggota 10 dan kelompok lingkaran luar terdiri dari 10 orang”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui model Cooperative Learning metode Inside-Outside Circle merupakan model pembelajaran yang menuntut kerjasama antara siswa dan dapat menjadikan siswa terlibat aktif dan dirasa dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar yang optimal.
Karena peneliti merasa tertarik dengan masalah di atas, maka peneliti membahasnya dalam bentuk penelitian yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Kelas V melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak,  Kabupaten Lima Puluh Kota”.

B.     Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan serta kemampuan peneliti yang terbatas, maka penelitian ini dibatasi pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota yang tampak pada saat mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan membuat rangkuman.

C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota?


D.    Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: untuk peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota?

E.     Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini guru dapat mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran serta dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, di antaranya:
1.      Bagi siswa SD, membantu siswa meningkatkan aktivitas dan hasil belajarnya sehingga dapat mengikuti pembelajaran IPS dengan baik.
2.      Bagi guru SD, sebagai pedoman melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle dalam pembelajaran IPS.
3.      Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah.
4.      Bagi peneliti, dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan peneliti tentang Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle dalam pembelajaran IPS.

 Bagi yang ingin berminat secara lengkap silahkan hubungi....081947777252 (Wandi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar