BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membangun
manusia seutuhnya yang berkualitas sesuai dengan yang diinginkan. Pendidikan
tersebut antara lain bisa ditempuh melalui proses pembelajaran. Proses
pembelajaran ini merupakan inti dari pendidikan secara keseluruhan.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan
Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran selama ini, ada kecendrungan bahwa peserta didik kurang didorong
untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas
diarahkan kepada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi dan pada
mata pelajaran apapun guru lebih banyak mendorong agar siswa dapat menguasai
sejumlah materi pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya (2007:1), “dengan kata lain
otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa
dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan
dengan kehidupan sehari-hari”.
Mengacu pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar (SD), mata pelajaran IPS memuat
materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Oleh karena itu, mata
pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan
bermasyarakat yang dinamis, serta menjadikan manusia memiliki kualitas yang
lebih baik; dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti,
dan sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tanggal 28
Maret 2011 di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota,
ditemukan fenomena bahwa hasil belajar siswa tampak rendah pada pembelajaran
IPS. Dari hasil wawancara awal yang dilakukan terhadap guru kelas V di SDN 12
Guguak, diketahui bahwa kurang maksimalnya hasil ujian mid pembelajaran IPS di
kelas V yang siswanya berjumlah 13 orang. Di sekolah ini, kriteria ketuntasan
minimal (KKM), khususnya untuk mata pelajaran IPS adalah 65. Dalam hal ini,
terdapat 6 orang siswa yang nilainya di bawah KKM (32, 42, 44, 54, 55, 58),
sementara nilainya yang berada di atas KKM adalah 7 orang siswa (64, 67, 78,
82, 86, 88, 90). Secara ringkas, gambaran pencapaian KKM di kelas V ini bisa
dilihat seperti tabel di bawah ini:
Tabel 1.
Nilai Ujian Mid Semester I Siswa Kelas V SDN 12
Guguak Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota pada Mata Pelajaran IPS Tahun
Ajaran 2010/2011
Ujian Mid Semester
|
Nilai IPS
|
Pencapaian KKM
|
|||
Tertinggi
|
Terendah
|
Rata-rata
|
Nilai ≥ 65
|
Nilai ≤ 65
|
|
1
|
90
|
32
|
64,62
|
7 orang
|
6 orang
|
Sumber: Guru
Kelas V SDN 12 Guguak Kecamatan Guguak,
Kabupaten Lima Puluh Kota
Menurut Eva Gusmeri guru kelas V SDN 12 Guguak, Kecamatan
Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota biasanya dalam pembelajaran (termasuk
pembelajaran IPS) terdapat 5 orang siswa yang sering tidak memperhatikan guru.
Mereka bermain-main dan bercerita dengan teman sebangkunya, berkelahi, dan ada
pula yang izin keluar masuk sehingga tugas yang diberikan guru pun sering tidak
selesai. Ketika mereka tidak memperhatikan pelajaran, mereka sering ditegur
oleh guru, namun mereka tidak menghiraukannya. Menurut peneliti, hal ini
terjadi karena siswa kurang tertarik dengan apa yang disampaikan guru di kelas.
Seorang guru harus mampu untuk mencari jalan keluar atas permasalahan ini untuk
memotivasi siswa agar timbul rasa ingin tahu, perhatian, tertarik, dan senang
terhadap pembelajaran tersebut.
Guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai
pendidik. Menurut Oemar Hamalik (2007:33),
Guru harus bertanggung jawab atas hasil
kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar-mengajar. Guru merupakan faktor
yang mempengaruhi berhasil-tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus
menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi yang akan
diajarkan. Dengan kata lain: guru harus mampu menciptakan suatu situasi belajar
yang sebaik-baiknya.
Selama ini penggunaan metode ceramah lebih banyak
dilakukan dan dipandang lebih efektif. Siswa lebih banyak mendengarkan, melihat
kegiatan yang dilakukan guru di muka kelas. Keadaan ini tidak bisa dibiarkan
begitu saja karena siswa akan merasa bosan dengan metode yang hanya
mengandalkan penjelasan dari guru (metode ceramah). Apalagi mengingat bahwa
guru memegang peranan penting untuk melakukan perubahan. Di sini, peneliti
memberikan solusi terhadap masalah tersebut di atas, yaitu melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle.
Stahl (dalam Etin Solihatin, 2007:5), mengatakan
bahwa “model pembelajaran cooperative
learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama
dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar” kemudian Slavin (dalam Etin, 2007:4) mengatakan
bahwa “Cooperative Learning adalah
suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4
sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen”.
Selanjutnya menurut Agus Suprijono (2010:97), “Pembelajaran
melalui model Cooperative Learning
metode Inside-Outside Circle diawali
dengan pembentukan kelompok. Jika kelas terdiri dari 40 orang bagilah menjadi 2
kelompok besar. Tiap-tiap kelompok besar terdiri dari 2 kelompok lingkaran
dalam dengan jumlah anggota 10 dan kelompok lingkaran luar terdiri dari 10
orang”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
melalui model Cooperative Learning
metode Inside-Outside Circle merupakan
model pembelajaran yang menuntut kerjasama antara siswa dan dapat menjadikan
siswa terlibat aktif dan dirasa dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar
yang optimal.
Karena peneliti merasa tertarik dengan masalah di
atas, maka peneliti membahasnya dalam bentuk penelitian yang berjudul “Peningkatan
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Kelas V melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle di SDN 12 Guguak,
Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota”.
B.
Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan serta
kemampuan peneliti yang terbatas, maka penelitian ini dibatasi pada peningkatan
aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak,
Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota yang tampak pada saat mengajukan
pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan membuat rangkuman.
C.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah penelitian
ini adalah sebagai berikut: Bagaimana peningkatan aktivitas dan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside
circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota?
D.
Tujuan
Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah: untuk peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative
learning metode inside-outside circle
di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota?
E.
Manfaat
Penelitian
Melalui penelitian ini guru dapat mengetahui
strategi pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem
pembelajaran serta dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, di antaranya:
1. Bagi
siswa SD, membantu siswa meningkatkan aktivitas dan hasil belajarnya sehingga
dapat mengikuti pembelajaran IPS dengan baik.
2. Bagi
guru SD, sebagai pedoman melalui Model Cooperative
Learning Metode Inside-Outside Circle
dalam pembelajaran IPS.
3. Bagi sekolah, dapat memberikan
sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah.
4. Bagi
peneliti, dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan peneliti tentang Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle dalam pembelajaran
IPS.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membangun
manusia seutuhnya yang berkualitas sesuai dengan yang diinginkan. Pendidikan
tersebut antara lain bisa ditempuh melalui proses pembelajaran. Proses
pembelajaran ini merupakan inti dari pendidikan secara keseluruhan.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan
Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran selama ini, ada kecendrungan bahwa peserta didik kurang didorong
untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas
diarahkan kepada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi dan pada
mata pelajaran apapun guru lebih banyak mendorong agar siswa dapat menguasai
sejumlah materi pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya (2007:1), “dengan kata lain
otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa
dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan
dengan kehidupan sehari-hari”.
Mengacu pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar (SD), mata pelajaran IPS memuat
materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Oleh karena itu, mata
pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan
bermasyarakat yang dinamis, serta menjadikan manusia memiliki kualitas yang
lebih baik; dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti,
dan sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tanggal 28
Maret 2011 di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota,
ditemukan fenomena bahwa hasil belajar siswa tampak rendah pada pembelajaran
IPS. Dari hasil wawancara awal yang dilakukan terhadap guru kelas V di SDN 12
Guguak, diketahui bahwa kurang maksimalnya hasil ujian mid pembelajaran IPS di
kelas V yang siswanya berjumlah 13 orang. Di sekolah ini, kriteria ketuntasan
minimal (KKM), khususnya untuk mata pelajaran IPS adalah 65. Dalam hal ini,
terdapat 6 orang siswa yang nilainya di bawah KKM (32, 42, 44, 54, 55, 58),
sementara nilainya yang berada di atas KKM adalah 7 orang siswa (64, 67, 78,
82, 86, 88, 90). Secara ringkas, gambaran pencapaian KKM di kelas V ini bisa
dilihat seperti tabel di bawah ini:
Tabel 1.
Nilai Ujian Mid Semester I Siswa Kelas V SDN 12
Guguak Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota pada Mata Pelajaran IPS Tahun
Ajaran 2010/2011
Ujian Mid Semester
|
Nilai IPS
|
Pencapaian KKM
|
|||
Tertinggi
|
Terendah
|
Rata-rata
|
Nilai ≥ 65
|
Nilai ≤ 65
|
|
1
|
90
|
32
|
64,62
|
7 orang
|
6 orang
|
Sumber: Guru
Kelas V SDN 12 Guguak Kecamatan Guguak,
Kabupaten Lima Puluh Kota
Menurut Eva Gusmeri guru kelas V SDN 12 Guguak, Kecamatan
Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota biasanya dalam pembelajaran (termasuk
pembelajaran IPS) terdapat 5 orang siswa yang sering tidak memperhatikan guru.
Mereka bermain-main dan bercerita dengan teman sebangkunya, berkelahi, dan ada
pula yang izin keluar masuk sehingga tugas yang diberikan guru pun sering tidak
selesai. Ketika mereka tidak memperhatikan pelajaran, mereka sering ditegur
oleh guru, namun mereka tidak menghiraukannya. Menurut peneliti, hal ini
terjadi karena siswa kurang tertarik dengan apa yang disampaikan guru di kelas.
Seorang guru harus mampu untuk mencari jalan keluar atas permasalahan ini untuk
memotivasi siswa agar timbul rasa ingin tahu, perhatian, tertarik, dan senang
terhadap pembelajaran tersebut.
Guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai
pendidik. Menurut Oemar Hamalik (2007:33),
Guru harus bertanggung jawab atas hasil
kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar-mengajar. Guru merupakan faktor
yang mempengaruhi berhasil-tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus
menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi yang akan
diajarkan. Dengan kata lain: guru harus mampu menciptakan suatu situasi belajar
yang sebaik-baiknya.
Selama ini penggunaan metode ceramah lebih banyak
dilakukan dan dipandang lebih efektif. Siswa lebih banyak mendengarkan, melihat
kegiatan yang dilakukan guru di muka kelas. Keadaan ini tidak bisa dibiarkan
begitu saja karena siswa akan merasa bosan dengan metode yang hanya
mengandalkan penjelasan dari guru (metode ceramah). Apalagi mengingat bahwa
guru memegang peranan penting untuk melakukan perubahan. Di sini, peneliti
memberikan solusi terhadap masalah tersebut di atas, yaitu melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle.
Stahl (dalam Etin Solihatin, 2007:5), mengatakan
bahwa “model pembelajaran cooperative
learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama
dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar” kemudian Slavin (dalam Etin, 2007:4) mengatakan
bahwa “Cooperative Learning adalah
suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4
sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen”.
Selanjutnya menurut Agus Suprijono (2010:97), “Pembelajaran
melalui model Cooperative Learning
metode Inside-Outside Circle diawali
dengan pembentukan kelompok. Jika kelas terdiri dari 40 orang bagilah menjadi 2
kelompok besar. Tiap-tiap kelompok besar terdiri dari 2 kelompok lingkaran
dalam dengan jumlah anggota 10 dan kelompok lingkaran luar terdiri dari 10
orang”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
melalui model Cooperative Learning
metode Inside-Outside Circle merupakan
model pembelajaran yang menuntut kerjasama antara siswa dan dapat menjadikan
siswa terlibat aktif dan dirasa dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar
yang optimal.
Karena peneliti merasa tertarik dengan masalah di
atas, maka peneliti membahasnya dalam bentuk penelitian yang berjudul “Peningkatan
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Kelas V melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle di SDN 12 Guguak,
Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota”.
B.
Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan serta
kemampuan peneliti yang terbatas, maka penelitian ini dibatasi pada peningkatan
aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak,
Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota yang tampak pada saat mengajukan
pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan membuat rangkuman.
C.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah penelitian
ini adalah sebagai berikut: Bagaimana peningkatan aktivitas dan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside
circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota?
D.
Tujuan
Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah: untuk peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative
learning metode inside-outside circle
di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota?
E.
Manfaat
Penelitian
Melalui penelitian ini guru dapat mengetahui
strategi pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem
pembelajaran serta dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, di antaranya:
1. Bagi
siswa SD, membantu siswa meningkatkan aktivitas dan hasil belajarnya sehingga
dapat mengikuti pembelajaran IPS dengan baik.
2. Bagi
guru SD, sebagai pedoman melalui Model Cooperative
Learning Metode Inside-Outside Circle
dalam pembelajaran IPS.
3. Bagi sekolah, dapat memberikan
sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah.
4. Bagi
peneliti, dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan peneliti tentang Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle dalam pembelajaran
IPS.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membangun
manusia seutuhnya yang berkualitas sesuai dengan yang diinginkan. Pendidikan
tersebut antara lain bisa ditempuh melalui proses pembelajaran. Proses
pembelajaran ini merupakan inti dari pendidikan secara keseluruhan.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan
Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran selama ini, ada kecendrungan bahwa peserta didik kurang didorong
untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas
diarahkan kepada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi dan pada
mata pelajaran apapun guru lebih banyak mendorong agar siswa dapat menguasai
sejumlah materi pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya (2007:1), “dengan kata lain
otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa
dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan
dengan kehidupan sehari-hari”.
Mengacu pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar (SD), mata pelajaran IPS memuat
materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Oleh karena itu, mata
pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan
bermasyarakat yang dinamis, serta menjadikan manusia memiliki kualitas yang
lebih baik; dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti,
dan sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tanggal 28
Maret 2011 di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota,
ditemukan fenomena bahwa hasil belajar siswa tampak rendah pada pembelajaran
IPS. Dari hasil wawancara awal yang dilakukan terhadap guru kelas V di SDN 12
Guguak, diketahui bahwa kurang maksimalnya hasil ujian mid pembelajaran IPS di
kelas V yang siswanya berjumlah 13 orang. Di sekolah ini, kriteria ketuntasan
minimal (KKM), khususnya untuk mata pelajaran IPS adalah 65. Dalam hal ini,
terdapat 6 orang siswa yang nilainya di bawah KKM (32, 42, 44, 54, 55, 58),
sementara nilainya yang berada di atas KKM adalah 7 orang siswa (64, 67, 78,
82, 86, 88, 90). Secara ringkas, gambaran pencapaian KKM di kelas V ini bisa
dilihat seperti tabel di bawah ini:
Tabel 1.
Nilai Ujian Mid Semester I Siswa Kelas V SDN 12
Guguak Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota pada Mata Pelajaran IPS Tahun
Ajaran 2010/2011
Ujian Mid Semester
|
Nilai IPS
|
Pencapaian KKM
|
|||
Tertinggi
|
Terendah
|
Rata-rata
|
Nilai ≥ 65
|
Nilai ≤ 65
|
|
1
|
90
|
32
|
64,62
|
7 orang
|
6 orang
|
Sumber: Guru
Kelas V SDN 12 Guguak Kecamatan Guguak,
Kabupaten Lima Puluh Kota
Menurut Eva Gusmeri guru kelas V SDN 12 Guguak, Kecamatan
Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota biasanya dalam pembelajaran (termasuk
pembelajaran IPS) terdapat 5 orang siswa yang sering tidak memperhatikan guru.
Mereka bermain-main dan bercerita dengan teman sebangkunya, berkelahi, dan ada
pula yang izin keluar masuk sehingga tugas yang diberikan guru pun sering tidak
selesai. Ketika mereka tidak memperhatikan pelajaran, mereka sering ditegur
oleh guru, namun mereka tidak menghiraukannya. Menurut peneliti, hal ini
terjadi karena siswa kurang tertarik dengan apa yang disampaikan guru di kelas.
Seorang guru harus mampu untuk mencari jalan keluar atas permasalahan ini untuk
memotivasi siswa agar timbul rasa ingin tahu, perhatian, tertarik, dan senang
terhadap pembelajaran tersebut.
Guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai
pendidik. Menurut Oemar Hamalik (2007:33),
Guru harus bertanggung jawab atas hasil
kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar-mengajar. Guru merupakan faktor
yang mempengaruhi berhasil-tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus
menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi yang akan
diajarkan. Dengan kata lain: guru harus mampu menciptakan suatu situasi belajar
yang sebaik-baiknya.
Selama ini penggunaan metode ceramah lebih banyak
dilakukan dan dipandang lebih efektif. Siswa lebih banyak mendengarkan, melihat
kegiatan yang dilakukan guru di muka kelas. Keadaan ini tidak bisa dibiarkan
begitu saja karena siswa akan merasa bosan dengan metode yang hanya
mengandalkan penjelasan dari guru (metode ceramah). Apalagi mengingat bahwa
guru memegang peranan penting untuk melakukan perubahan. Di sini, peneliti
memberikan solusi terhadap masalah tersebut di atas, yaitu melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle.
Stahl (dalam Etin Solihatin, 2007:5), mengatakan
bahwa “model pembelajaran cooperative
learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama
dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar” kemudian Slavin (dalam Etin, 2007:4) mengatakan
bahwa “Cooperative Learning adalah
suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4
sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen”.
Selanjutnya menurut Agus Suprijono (2010:97), “Pembelajaran
melalui model Cooperative Learning
metode Inside-Outside Circle diawali
dengan pembentukan kelompok. Jika kelas terdiri dari 40 orang bagilah menjadi 2
kelompok besar. Tiap-tiap kelompok besar terdiri dari 2 kelompok lingkaran
dalam dengan jumlah anggota 10 dan kelompok lingkaran luar terdiri dari 10
orang”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
melalui model Cooperative Learning
metode Inside-Outside Circle merupakan
model pembelajaran yang menuntut kerjasama antara siswa dan dapat menjadikan
siswa terlibat aktif dan dirasa dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar
yang optimal.
Karena peneliti merasa tertarik dengan masalah di
atas, maka peneliti membahasnya dalam bentuk penelitian yang berjudul “Peningkatan
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Kelas V melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle di SDN 12 Guguak,
Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota”.
B.
Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan serta
kemampuan peneliti yang terbatas, maka penelitian ini dibatasi pada peningkatan
aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak,
Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota yang tampak pada saat mengajukan
pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan membuat rangkuman.
C.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah penelitian
ini adalah sebagai berikut: Bagaimana peningkatan aktivitas dan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside
circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota?
D.
Tujuan
Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah: untuk peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative
learning metode inside-outside circle
di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota?
E.
Manfaat
Penelitian
Melalui penelitian ini guru dapat mengetahui
strategi pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem
pembelajaran serta dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, di antaranya:
1. Bagi
siswa SD, membantu siswa meningkatkan aktivitas dan hasil belajarnya sehingga
dapat mengikuti pembelajaran IPS dengan baik.
2. Bagi
guru SD, sebagai pedoman melalui Model Cooperative
Learning Metode Inside-Outside Circle
dalam pembelajaran IPS.
3. Bagi sekolah, dapat memberikan
sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah.
4. Bagi
peneliti, dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan peneliti tentang Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle dalam pembelajaran
IPS.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membangun
manusia seutuhnya yang berkualitas sesuai dengan yang diinginkan. Pendidikan
tersebut antara lain bisa ditempuh melalui proses pembelajaran. Proses
pembelajaran ini merupakan inti dari pendidikan secara keseluruhan.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan
Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran selama ini, ada kecendrungan bahwa peserta didik kurang didorong
untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas
diarahkan kepada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi dan pada
mata pelajaran apapun guru lebih banyak mendorong agar siswa dapat menguasai
sejumlah materi pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya (2007:1), “dengan kata lain
otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa
dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan
dengan kehidupan sehari-hari”.
Mengacu pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar (SD), mata pelajaran IPS memuat
materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Oleh karena itu, mata
pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan
bermasyarakat yang dinamis, serta menjadikan manusia memiliki kualitas yang
lebih baik; dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti,
dan sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tanggal 28
Maret 2011 di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota,
ditemukan fenomena bahwa hasil belajar siswa tampak rendah pada pembelajaran
IPS. Dari hasil wawancara awal yang dilakukan terhadap guru kelas V di SDN 12
Guguak, diketahui bahwa kurang maksimalnya hasil ujian mid pembelajaran IPS di
kelas V yang siswanya berjumlah 13 orang. Di sekolah ini, kriteria ketuntasan
minimal (KKM), khususnya untuk mata pelajaran IPS adalah 65. Dalam hal ini,
terdapat 6 orang siswa yang nilainya di bawah KKM (32, 42, 44, 54, 55, 58),
sementara nilainya yang berada di atas KKM adalah 7 orang siswa (64, 67, 78,
82, 86, 88, 90). Secara ringkas, gambaran pencapaian KKM di kelas V ini bisa
dilihat seperti tabel di bawah ini:
Tabel 1.
Nilai Ujian Mid Semester I Siswa Kelas V SDN 12
Guguak Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota pada Mata Pelajaran IPS Tahun
Ajaran 2010/2011
Ujian Mid Semester
|
Nilai IPS
|
Pencapaian KKM
|
|||
Tertinggi
|
Terendah
|
Rata-rata
|
Nilai ≥ 65
|
Nilai ≤ 65
|
|
1
|
90
|
32
|
64,62
|
7 orang
|
6 orang
|
Sumber: Guru
Kelas V SDN 12 Guguak Kecamatan Guguak,
Kabupaten Lima Puluh Kota
Menurut Eva Gusmeri guru kelas V SDN 12 Guguak, Kecamatan
Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota biasanya dalam pembelajaran (termasuk
pembelajaran IPS) terdapat 5 orang siswa yang sering tidak memperhatikan guru.
Mereka bermain-main dan bercerita dengan teman sebangkunya, berkelahi, dan ada
pula yang izin keluar masuk sehingga tugas yang diberikan guru pun sering tidak
selesai. Ketika mereka tidak memperhatikan pelajaran, mereka sering ditegur
oleh guru, namun mereka tidak menghiraukannya. Menurut peneliti, hal ini
terjadi karena siswa kurang tertarik dengan apa yang disampaikan guru di kelas.
Seorang guru harus mampu untuk mencari jalan keluar atas permasalahan ini untuk
memotivasi siswa agar timbul rasa ingin tahu, perhatian, tertarik, dan senang
terhadap pembelajaran tersebut.
Guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai
pendidik. Menurut Oemar Hamalik (2007:33),
Guru harus bertanggung jawab atas hasil
kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar-mengajar. Guru merupakan faktor
yang mempengaruhi berhasil-tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus
menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi yang akan
diajarkan. Dengan kata lain: guru harus mampu menciptakan suatu situasi belajar
yang sebaik-baiknya.
Selama ini penggunaan metode ceramah lebih banyak
dilakukan dan dipandang lebih efektif. Siswa lebih banyak mendengarkan, melihat
kegiatan yang dilakukan guru di muka kelas. Keadaan ini tidak bisa dibiarkan
begitu saja karena siswa akan merasa bosan dengan metode yang hanya
mengandalkan penjelasan dari guru (metode ceramah). Apalagi mengingat bahwa
guru memegang peranan penting untuk melakukan perubahan. Di sini, peneliti
memberikan solusi terhadap masalah tersebut di atas, yaitu melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle.
Stahl (dalam Etin Solihatin, 2007:5), mengatakan
bahwa “model pembelajaran cooperative
learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama
dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar” kemudian Slavin (dalam Etin, 2007:4) mengatakan
bahwa “Cooperative Learning adalah
suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4
sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen”.
Selanjutnya menurut Agus Suprijono (2010:97), “Pembelajaran
melalui model Cooperative Learning
metode Inside-Outside Circle diawali
dengan pembentukan kelompok. Jika kelas terdiri dari 40 orang bagilah menjadi 2
kelompok besar. Tiap-tiap kelompok besar terdiri dari 2 kelompok lingkaran
dalam dengan jumlah anggota 10 dan kelompok lingkaran luar terdiri dari 10
orang”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
melalui model Cooperative Learning
metode Inside-Outside Circle merupakan
model pembelajaran yang menuntut kerjasama antara siswa dan dapat menjadikan
siswa terlibat aktif dan dirasa dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar
yang optimal.
Karena peneliti merasa tertarik dengan masalah di
atas, maka peneliti membahasnya dalam bentuk penelitian yang berjudul “Peningkatan
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Kelas V melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle di SDN 12 Guguak,
Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota”.
B.
Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan serta
kemampuan peneliti yang terbatas, maka penelitian ini dibatasi pada peningkatan
aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak,
Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota yang tampak pada saat mengajukan
pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan membuat rangkuman.
C.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah penelitian
ini adalah sebagai berikut: Bagaimana peningkatan aktivitas dan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside
circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota?
D.
Tujuan
Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah: untuk peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative
learning metode inside-outside circle
di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota?
E.
Manfaat
Penelitian
Melalui penelitian ini guru dapat mengetahui
strategi pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem
pembelajaran serta dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, di antaranya:
1. Bagi
siswa SD, membantu siswa meningkatkan aktivitas dan hasil belajarnya sehingga
dapat mengikuti pembelajaran IPS dengan baik.
2. Bagi
guru SD, sebagai pedoman melalui Model Cooperative
Learning Metode Inside-Outside Circle
dalam pembelajaran IPS.
3. Bagi sekolah, dapat memberikan
sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah.
4. Bagi
peneliti, dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan peneliti tentang Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle dalam pembelajaran
IPS.
Bagi yang ingin berminat secara lengkap silahkan hubungi....081947777252 (Wandi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar