BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang berlaku sejak tahun
2006 setelah perubahan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004 yang
berlaku untuk jenjang pendidikan yang dimulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Menurut
Muslich (2009:6),
KTSP yang diberlakukan secara bertahap mulai tahun
ajaran 2006 sampai sekarang telah menunjukkan perubahan yang berkelanjutan yang
mana sebelumnya yaitu KBK yang diberlakukan sejak tahun 2004. Sementara itu,
sebagaimana dalam KBK, kadar wawasan dan pemahaman guru dan sekolah terhadap
KTSP masih sangat beragam, yang tentu akan berdampak pada keragaman
penerapannya di lapangan, terutama dalam KBM-nya.
Panduan
penyusunan KTSP yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
dalam Muslich (2009:29), “KTSP ada empat komponen, yaitu (1) tujuan pendidikan
tingkat satuan pendidikan, (2) struktur dan muatan KTSP, (3) kalender pendidikan,
dan (4) silabus dan rencana pelaksanaan pengajaran (RPP)”. Komponen satu, yaitu
tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, mengingatkan pada tujuan
pendidikan dasar, menurut Muslich (2009:29), pendidikan dasar “meletakkan dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut”. Lebih lanjut Pemerintah dalam rangka
implementasi standar isi yang termuat dalam standar nasional pendidikan pada
BSNP selaku badan penyusunan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah maka
pembelajaran pada kelas awal SD, yakni kelas satu, dua, dan tiga lebih sesuai
jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik dengan
menggunakan tema pada setiap pertemuan pembelajaran yaitu pembuatan RPP dan
pada proses pelaksanaan pembelajaran.
Pada
jenjang kelas awal SD, pembelajaran yang diimplementasikan dalam KTSP SD 2006
adalah pembelajaran yang menggunakan ikatan tema antara beberapa mata
pelajaran. Pada usia anak kelas awal SD yaitu kelas satu, dua, dan tiga,
seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti intelektual, emosional serta
spiritual yang tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat
perkembangannya masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan serta mampu
memahami hubungan antarkonsep secara sederhana, seperti pada tema keluarga yang
terkait beberapa mata pelajaran yang dapat dikeluarkan oleh siswa berupa cerita,
kegiatan fisik/jasmani, dan menyanyi serta penyajian bahan pembelajaran
dilakukan oleh dengan menggunakan berbagai strategi/metode yang bervariasi dan
dapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan.
Sebagaimana
telah dikemukakan bahwa anak usia kelas awal SD memiliki tingkat kecerdasan
yang tumbuh dan berkembang cukup pesat yang melihat sebuah konsep sederhana
yang saling ketergantungan, hal ini sesuai dengan pernyataan Depdiknas
(2005:152) bahwa: “Dunia anak adalah dunia nyata”. Untuk itu pembelajaran yang
dilakukan di kelas awal harus aktual, dekat dengan dunia anak, dekat dengan
lingkungan alamiah yang dialami anak, dan dilakukan dalam suasana yang
menyenangkan. Tingkat perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap
berpikir nyata”.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan akan lebih
berhasil dimulai dari kehidupan aktual anak. Dalam kehidupan anak sehari-hari,
mereka tidak pernah melihat adanya hal yang terpisah-pisah satu sama lain.
Untuk itu, dalam melaksanakan pembelajaran di kelas awal, pembelajaran akan
lebih berhasil kalau dapat menggabungkan kajian beberapa mata pelajaran dalam
satu ikatan tema.
Pendekatan
pembelajaran dengan satu ikatan tema ini telah diberlakukan oleh BSNP selaku
badan penyusun kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah yang mana pelaksanaan
pembelajaran kelas awal di SD, yaitu kelas satu, dua, dan tiga untuk setiap
mata pelajaran dilakukan secara terpisah. Misalnya IPS 2 jam pelajaran, Bahasa
Indonesia 2 jam pelajaran, Matematika 2 jam pelajaran serta dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran dilakukan secara murni, yaitu hanya menyesuaikan Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang berhubungan dengan mata
pelajaran, sesuai dengan tahap perkembangan siswa yang masih melihat segala
sesuatu sebagai suatu keutuhan (Anum, 2010:1).
Berdasarkan
observasi pada pembelajaran IPS kelas awal di SDN 16 Air Tawar Timur Padang
pada tanggal 5 November 2010, terlihat bahwa pembelajaran IPS di kelas II
tersebut masih menggunakan pendekatan konvensional sudah menggunakan pendekatan
tematik tetapi belum optimal.
Begitu
juga wawancara dengan guru yang mengajar di kelas II pada tanggal 8 Februari
2011, Ibu Fauziah mengatakan bahwa perencanaan dan proses pembelajaran yang
dilakukan selama ini masih menggunakan pendekatan yang konvensional. Hal ini
terlihat pada penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang masih dengan
format mata pelajaran yang terpisah dan pada proses pembelajaran yang dilakukan
dengan menjelaskan pelajaran secara terpisah.
Selain
itu, karena jadwal pelajaran IPS hanya satu kali dalam seminggu sehingga
kurangnya aktivitas siswa dalam pelajaran IPS di sekolah yaitu terlihat pada
aktivitas mengajukan, menjawab, dan menanggapi pertanyaan dan jam pelajaran IPS
hanya 3x35 menit dalam seminggu terdapat satu kali pertemuan yang dilaksanakan
pada hari kamis. Akibatnya, pendekatan yang digunakan dirasa siswa semakin
bingung dengan mata pelajaran yang kaitkan sehingga secara otomatis aktivitas
siswa untuk belajar juga menurun serta hasil pelajaran yang diperoleh oleh
siswa belum optimal dan tidak sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM)
yang harus diperoleh oleh masing-masing peserta didik. KKM untuk mata pelajaran
IPS yang ditetapkan oleh sekolah adalah
65. Secara ringkas, gambaran pencapaian KKM
pada kelas II ini bisa dilihat seperti tabel di bawah ini:
Tabel 01. Nilai Ujian IPS Semester
I Siswa Kelas II SDN 16 Air Tawar Timur Padang Tahun Ajaran 2010/2011
Ujian
Semester
|
Nilai IPS
|
Pencapaian KKM
|
|||
Tertinggi
|
Terendah
|
Rata-rata
|
Nilai ≥ 65
|
Nilai ≤ 65
|
|
I
|
81
|
40
|
62
|
22 orang
|
16 orang
|
Sumber: Guru Kelas II SDN 16 Air
Tawar Timur Padang
Dari
beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan IPS dengan
pendekatan konvensional perlu diperbarui dengan pendekatan tematik. Dengan
pendekatan tematik tersebut, pelaksanaan
pembelajaran dapat diterapkan dengan optimal serta membantu siswa untuk
mempermudah mengingat kembali pembelajaran yang telah diberikan oleh guru dan
dapat menggali semua informasi yang berkaitan dengan mata pelajaran yang sedang
dipelajari.
Memperhatikan
masalah di atas, peneliti berminat untuk melakukan peningkatan aktivitas siswa pada
pembelajaran IPS melalui pendekatan yang dianggap dapat membuat aktivitas dan
hasil belajar siswa meningkat yaitu dengan pendekatan tematik. Menurut Hilda
(dalam Anum, 2010:2), “Pendekatan tematik adalah pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema dalam pembelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna pada siswa”. Hal ini senada dengan BSNP (dalam Anum, 2010:3), “Pembelajaran
tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa
mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa”. Berdasarkan
hal di atas, peneliti merasa berminat untuk menerapkan pendekatan pembelajaran
tematik dalam pembelajaran IPS. Oleh karena itu, peneliti ingin mengadakan
penelitian dengan judul: “Peningkatan
Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPS melalui Pendekatan Tematik pada Kelas II
SDN 16 Air Tawar Timur Padang”.
B.
Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan serta kemampuan yang
terbatas, maka penelitian ini dibatasi pada: peningkatan aktivitas siswa dalam
pembelajaran IPS melalui pendekatan tematik pada kelas II SDN 16 Air Tawar
Timur Padang yang tampak pada kegiatan lisan yaitu mengajukan, menjawab, dan
menanggapi pertanyaan.
C. Perumusan
dan Pemecahan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas,
maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peningkatan aktivitas siswa dalam
pembelajaran IPS melalui
pendekatan tematik pada kelas II SDN 16 Air Tawar Timur Padang?
Untuk mencapai sasaran
yang diinginkan pada rumusan masalah di atas, maka peneliti memberikan
alternatif pemecahan masalah untuk peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS
melalui pendekatan tematik pada kelas II SDN 16 Air Tawar Timur Padang
kepada setiap tindakan yang dilakukan oleh siswa.
Pada alternatif
pemecahan masalah ini peneliti akan menerapkan dan melaksanakan pendekatan yang
telah berlaku dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yaitu pendekatan
tematik dalam penelitian ini, selain itu peneliti melihat aktivitas dalam
kegiatan lisan seperti: mengajukan, menjawab, dan menanggapi pertanyaan.
Pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan tidak akan berhasil jika tidak ada
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan juga bermuara pada peningkatan
hasil belajar siswa berbentuk ulangan harian siswa.
Bentuk peningkatan itu dapat
dilihat dalam perencanaan yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
berbentuk tematik berupa penentuan tema yang disesuaikan, kompetensi dasar yang
dipilih, dan mata pelajaran yang akan dikaitkan. Selanjutnya pada proses
pelaksanaan pembelajaran yang dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan akhir pembelajaran berisi evaluasi dan untuk memperkuat data kejelasan
peningkatan tersebut maka diadakan tes hasil belajar yang disini peneliti
gunakan adalah ulangan harian (UH).
Alternatif pemecahan
masalah yang di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan tematik yang digunakan
sangat berorientasi pada perencanaan, pelaksanaan, aktivitas, dan hasil belajar
serta dari beberapa tahap itulah dapat dikatakan terjadi sebuah peningkatan
yang akan dilakukan.
D. Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian
ini bertujuan:
untuk mendeskripsikan
peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS
melalui pendekatan tematik pada kelas II SDN 16 Air Tawar Timur Padang.
E.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian sebelumnya maka, hasil
penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai:
1.
Bagi
siswa, dapat mempermudah penguasaan materi pada pembelajaran
IPS di SD dan meningkatkan
pembelajaran IPS dengan pendekatan
tematik.
2.
Bagi
guru SD, agar dapat terjadi peningkatan aktivitas siswa dalam
setiap pembelajaran IPS serta dapat memotivasi siswa untuk belajar.
3.
Bagi
sekolah,
sebagai bahan bacaan atau rujukan bagi guru maupun kepala sekolah akan
pentingnya pendekatan pembelajaran dan pengetahuan prasyarat dalam pembelajaran
IPS.
4.
Bagi
peneliti, sebagai prasyarat untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) dan
pengalaman, bekal, wawasan, atau pengetahuan bagi peneliti dalam mengajar IPS pada masa yang akan datang.
Bagi yang ingin berminat secara lengkap silahkan hubungi....081947777252 (Wandi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar