Selasa, 05 Februari 2013

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI PENDEKATAN TEMATIK PADA KELAS II SDN 16 AIR TAWAR TIMUR PADANG


 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang berlaku sejak tahun 2006 setelah perubahan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004 yang berlaku untuk jenjang pendidikan yang dimulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Menurut Muslich (2009:6),
KTSP yang diberlakukan secara bertahap mulai tahun ajaran 2006 sampai sekarang telah menunjukkan perubahan yang berkelanjutan yang mana sebelumnya yaitu KBK yang diberlakukan sejak tahun 2004. Sementara itu, sebagaimana dalam KBK, kadar wawasan dan pemahaman guru dan sekolah terhadap KTSP masih sangat beragam, yang tentu akan berdampak pada keragaman penerapannya di lapangan, terutama dalam KBM-nya.

Panduan penyusunan KTSP yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dalam Muslich (2009:29), “KTSP ada empat komponen, yaitu (1) tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, (2) struktur dan muatan KTSP, (3) kalender pendidikan, dan (4) silabus dan rencana pelaksanaan pengajaran (RPP)”. Komponen satu, yaitu tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, mengingatkan pada tujuan pendidikan dasar, menurut Muslich (2009:29), pendidikan dasar “meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut”.  Lebih lanjut Pemerintah dalam rangka implementasi standar isi yang termuat dalam standar nasional pendidikan pada BSNP selaku badan penyusunan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah maka pembelajaran pada kelas awal SD, yakni kelas satu, dua, dan tiga lebih sesuai jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik dengan menggunakan tema pada setiap pertemuan pembelajaran yaitu pembuatan RPP dan pada proses pelaksanaan pembelajaran.
Pada jenjang kelas awal SD, pembelajaran yang diimplementasikan dalam KTSP SD 2006 adalah pembelajaran yang menggunakan ikatan tema antara beberapa mata pelajaran. Pada usia anak kelas awal SD yaitu kelas satu, dua, dan tiga, seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti intelektual, emosional serta spiritual yang tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangannya masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan serta mampu memahami hubungan antarkonsep secara sederhana, seperti pada tema keluarga yang terkait beberapa mata pelajaran yang dapat dikeluarkan oleh siswa berupa cerita, kegiatan fisik/jasmani, dan menyanyi serta penyajian bahan pembelajaran dilakukan oleh dengan menggunakan berbagai strategi/metode yang bervariasi dan dapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa anak usia kelas awal SD memiliki tingkat kecerdasan yang tumbuh dan berkembang cukup pesat yang melihat sebuah konsep sederhana yang saling ketergantungan, hal ini sesuai dengan pernyataan Depdiknas (2005:152) bahwa: “Dunia anak adalah dunia nyata”. Untuk itu pembelajaran yang dilakukan di kelas awal harus aktual, dekat dengan dunia anak, dekat dengan lingkungan alamiah yang dialami anak, dan dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Tingkat perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap berpikir nyata”.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan akan lebih berhasil dimulai dari kehidupan aktual anak. Dalam kehidupan anak sehari-hari, mereka tidak pernah melihat adanya hal yang terpisah-pisah satu sama lain. Untuk itu, dalam melaksanakan pembelajaran di kelas awal, pembelajaran akan lebih berhasil kalau dapat menggabungkan kajian beberapa mata pelajaran dalam satu ikatan tema.
Pendekatan pembelajaran dengan satu ikatan tema ini telah diberlakukan oleh BSNP selaku badan penyusun kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah yang mana pelaksanaan pembelajaran kelas awal di SD, yaitu kelas satu, dua, dan tiga untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah. Misalnya IPS 2 jam pelajaran, Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran, Matematika 2 jam pelajaran serta dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilakukan secara murni, yaitu hanya menyesuaikan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang berhubungan dengan mata pelajaran, sesuai dengan tahap perkembangan siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (Anum, 2010:1).
Berdasarkan observasi pada pembelajaran IPS kelas awal di SDN 16 Air Tawar Timur Padang pada tanggal 5 November 2010, terlihat bahwa pembelajaran IPS di kelas II tersebut masih menggunakan pendekatan konvensional sudah menggunakan pendekatan tematik tetapi belum optimal.
Begitu juga wawancara dengan guru yang mengajar di kelas II pada tanggal 8 Februari 2011, Ibu Fauziah mengatakan bahwa perencanaan dan proses pembelajaran yang dilakukan selama ini masih menggunakan pendekatan yang konvensional. Hal ini terlihat pada penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang masih dengan format mata pelajaran yang terpisah dan pada proses pembelajaran yang dilakukan dengan menjelaskan pelajaran secara terpisah.
Selain itu, karena jadwal pelajaran IPS hanya satu kali dalam seminggu sehingga kurangnya aktivitas siswa dalam pelajaran IPS di sekolah yaitu terlihat pada aktivitas mengajukan, menjawab, dan menanggapi pertanyaan dan jam pelajaran IPS hanya 3x35 menit dalam seminggu terdapat satu kali pertemuan yang dilaksanakan pada hari kamis. Akibatnya, pendekatan yang digunakan dirasa siswa semakin bingung dengan mata pelajaran yang kaitkan sehingga secara otomatis aktivitas siswa untuk belajar juga menurun serta hasil pelajaran yang diperoleh oleh siswa belum optimal dan tidak sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang harus diperoleh oleh masing-masing peserta didik. KKM untuk mata pelajaran IPS yang ditetapkan oleh sekolah  adalah 65. Secara ringkas, gambaran pencapaian KKM pada kelas II ini bisa dilihat seperti tabel di bawah ini:
Tabel 01. Nilai Ujian IPS Semester I Siswa Kelas II SDN 16 Air Tawar Timur Padang Tahun Ajaran 2010/2011
Ujian
Semester
Nilai IPS
Pencapaian KKM
Tertinggi
Terendah
Rata-rata
Nilai ≥ 65
Nilai ≤ 65
I
81
40
62
22 orang
16 orang
Sumber: Guru Kelas II SDN 16 Air Tawar Timur Padang

Dari beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan IPS dengan pendekatan konvensional perlu diperbarui dengan pendekatan tematik. Dengan pendekatan tematik  tersebut, pelaksanaan pembelajaran dapat diterapkan dengan optimal serta membantu siswa untuk mempermudah mengingat kembali pembelajaran yang telah diberikan oleh guru dan dapat menggali semua informasi yang berkaitan dengan mata pelajaran yang sedang dipelajari.
Memperhatikan masalah di atas, peneliti berminat untuk melakukan peningkatan aktivitas siswa pada pembelajaran IPS melalui pendekatan yang dianggap dapat membuat aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat yaitu dengan pendekatan tematik. Menurut Hilda (dalam Anum, 2010:2), “Pendekatan tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema dalam pembelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna pada siswa”. Hal ini senada dengan BSNP (dalam Anum, 2010:3), “Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa”. Berdasarkan hal di atas, peneliti merasa berminat untuk menerapkan pendekatan pembelajaran tematik dalam pembelajaran IPS. Oleh karena itu, peneliti ingin mengadakan penelitian dengan judul: Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPS melalui Pendekatan Tematik pada Kelas II SDN 16 Air Tawar Timur Padang.
B.     Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan serta kemampuan yang terbatas, maka penelitian ini dibatasi pada: peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui pendekatan tematik pada kelas II SDN 16 Air Tawar Timur Padang yang tampak pada kegiatan lisan yaitu mengajukan, menjawab, dan menanggapi pertanyaan.
C.    Perumusan dan Pemecahan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka  rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui pendekatan tematik pada kelas II SDN 16 Air Tawar Timur Padang?
Untuk mencapai sasaran yang diinginkan pada rumusan masalah di atas, maka peneliti memberikan alternatif pemecahan masalah untuk peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui pendekatan tematik pada kelas II SDN 16 Air Tawar Timur Padang kepada setiap tindakan yang dilakukan oleh siswa.
Pada alternatif pemecahan masalah ini peneliti akan menerapkan dan melaksanakan pendekatan yang telah berlaku dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yaitu pendekatan tematik dalam penelitian ini, selain itu peneliti melihat aktivitas dalam kegiatan lisan seperti: mengajukan, menjawab, dan menanggapi pertanyaan. Pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan tidak akan berhasil jika tidak ada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan juga bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa berbentuk ulangan harian siswa.
Bentuk peningkatan itu dapat dilihat dalam perencanaan yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang berbentuk tematik berupa penentuan tema yang disesuaikan, kompetensi dasar yang dipilih, dan mata pelajaran yang akan dikaitkan. Selanjutnya pada proses pelaksanaan pembelajaran yang dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir pembelajaran berisi evaluasi dan untuk memperkuat data kejelasan peningkatan tersebut maka diadakan tes hasil belajar yang disini peneliti gunakan adalah ulangan harian (UH).
Alternatif pemecahan masalah yang di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan tematik yang digunakan sangat berorientasi pada perencanaan, pelaksanaan, aktivitas, dan hasil belajar serta dari beberapa tahap itulah dapat dikatakan terjadi sebuah peningkatan yang akan dilakukan.

D.    Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan: untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui pendekatan tematik pada kelas II SDN 16 Air Tawar Timur Padang.
E.     Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian sebelumnya maka, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai:
1.     Bagi siswa, dapat mempermudah penguasaan materi pada pembelajaran IPS di SD dan meningkatkan pembelajaran IPS dengan pendekatan tematik.
2.     Bagi guru SD, agar dapat terjadi peningkatan aktivitas siswa dalam setiap pembelajaran IPS serta dapat memotivasi siswa untuk belajar.
3.     Bagi sekolah, sebagai bahan bacaan atau rujukan bagi guru maupun kepala sekolah akan pentingnya pendekatan pembelajaran dan pengetahuan prasyarat dalam pembelajaran IPS.
4.     Bagi peneliti, sebagai prasyarat untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) dan pengalaman, bekal, wawasan, atau pengetahuan bagi peneliti dalam mengajar IPS pada masa yang akan datang.



Bagi yang ingin berminat secara lengkap silahkan hubungi....081947777252 (Wandi)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MEDIA BLOK DIENES PADA SISWA KELAS II DI SDN 15 KOTO MERAPAK KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN


BAB I

PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang Masalah
Melakukan suatu perubahan perlu dilakukan perencanaan yang matang, begitu pula perubahan yang diinginkan sebagai hasil belajar matematika. Hasil belajar matematika bukan sesuatu yang sepenuhnya tergantung pada guru melainkan harus keluar dari diri siswa itu sendiri, namun guru perlu memahami dan menyesuaikan perkembangan struktur kognitif yang dilalui siswa sebelum menyusun suatu kegiatan pembelajaran, termasuk mata pelajaran matematika.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di Sekolah Dasar, karena matematika  tidak dapat dipisahkan dengan mata pelajaran yang lain. Selain itu matematika dibutuhkan  dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai dasar dari pengembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS). Untuk itu siswa Sekolah Dasar dituntut untuk memahami konsep matematika secara baik. 
Memahami dengan baik konsep matematika yang memiliki objek kajian dari yang konkret kepada yang abstrak, siswa membutuhkan media (alat manipulatif). Alat manipulatif adalah alat yang dapat dimanipulasi siswa atau alat yang dapat diutak-atik seperti diraba, dipegang, dipindahkan, dipasang, dan dicopot oleh siswa.
Penggunaan alat manipulatif atau disebut juga media diharapkan akan melibatkan siswa dalam pembentukan ide-ide secara internal, dan pengalaman dasar untuk berfikir abstrak, sebagaimana yang dikatakan oleh Briggs (dalam Nuryani R, 2005:115)  bahwa : “media adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyampaikan isi pembelajaran,  seperti buku, tape recorder, kaset, video camera, video  recorder, film, slide(gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, computer, OHP, dan sebagainya termasuk suara guru dan prilaku non verbal”.
Pembelajaran matematika perlu dilaksanakan dan diusahakan sesuai dengan perkembangan kognitif siswa, yaitu mengkonkretkan objek matematika dari yang abstrak menjadi mudah dipahami oleh siswa. Sesuai dengan pendapat Gerlach daan Ely (dalam Azhar, 2008:3)  bahwa : “media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap”.
Berdasarkan kutipan di atas, perkembangan ranah kognitif yang dilalui oleh siswa Sekolah Dasar berada pada periode operasi konkret, siswa dapat berpikir secara logis jika hal-hal yang dihadapinya bersifat konkret atau nyata dan siswa membutuhkan benda-benda konkret untuk memahami konsep matematika yang bersifat abstrak tersebut.
Hal-hal yang penulis temukan waktu melakukan observasi pada hari Senin tanggal 23 Mei 2011 serta wawancara dengan guru  pada hari senin  tanggal 30 Mei 2011  dalam proses pembelajaran di SDN 15 Koto Merapak Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan di antaranya adalah: 1) siswa sulit memahami konsep-konsep, 2) siswa mengantuk dalam belajar, 3) siswa tidak dapat melakukan operasi pengurangan dengan benar, 4) mudah lupa, 5) bila mengerjakan sendiri penyelesaian soal tidak tepat waktu. Hal ini disebabkan oleh: 1) dalam penyampaian konsep matematika termasuk pengurangan bilangan cacah guru tidak menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi, disebabkan alat peraga yang terbatas, walaupun ada media yang sesuai dengan materi pembelajaran, guru kurang memahami cara menggunakannya, 2) guru kurang menguasai metode dan alat evaluasi, 3) guru terbiasa menyampaikan materinya hanya dengan satu metode, misalnya metode ceramah saja, 4) guru sering beranggapan anak sudah mengerti sehingga cepat pindah kepada materi lain, 5) guru sering memberi PR, sedangkan materi belum dikuasai anak, dan 6) guru memeriksa PR dan memberi nilai tanpa memberi pembetulan dengan cara membuat penyelesaian pengerjaan.
Untuk itu peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan  penggunaan alat manipulatif berupa Blok Dienes yang merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pengurangan bilangan cacah di kelas II SD. Hal ini didukung oleh penelitian Baugh (dalam Azhar, 2008:10) bahwa” kurang lebih 90% hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pandang, dan hanya sekitar 5% diperoleh melalui indera dengar dan 5% lagi dengan indera lainnya”, sedangkan Dale (dalam Azhar, 2008:10) bahwa ” pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang berkisar 75%, melalui indera dengar sekitar 13%, dan melalui indera lainnya sekitar 12%”.
Berdasarkan uraian di atas, Blok Dienes adalah salah satu contoh media pembelajaran yang menggunakan indera pandang dan dapat diraba serta diutak-atik. Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul’’ Peningkatan Pemahaman  Operasi Pengurangan Bilangan Cacah Melalui Blok Dienes Pada Siswa Kelas II SDN 15 Koto Merapak  Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan .

B.  Perumusan dan Pemecahan Masalah
     1.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan, maka  rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimanakah aktivitas belajar Matematika siswa kelas II SDN 15 Koto Merapak Kecamatan Linggo Baganti Kabupaten Pesisir Selatan melalui media  Blok Dienes?

        b. Bagaimanakah hasil belajar Matematika siswa kelas II SDN 15 Koto Merapak        Kecamatan Linggo Baganti Kabupaten Pesisir Selatan melalui media Blok Dienes?
2.Pemecahan Masalah
Untuk mencapai sasaran yang diinginkan pada rumusan masalah di atas, maka penulis memberikan alternatif pemecahan masalah untuk meningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika Kelas II SDN 15 Koto Merapak  Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan melalui media Blok Dienes.Tindakan tersebut memberikan pembelajaran dalam operasi pengurangan bilangan cacah dengan menyusun blok – blok kayu.

C.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.    Meningkatkan aktivitas dalam belajar Matematika pada siswa kelas II SDN 15 Koto Merapak Kecamatan Linggo Baganti Kabupaten Pesisir Selatan melalui Media Blok Dienes.
2.    Meningkatan hasil belajar Matematika  pada siswa kelas II SDN 15 Koto Merapak Kecamatan Linggo Baganti Kabupaten Pesisir Selatan melalui Media Blok Dienes.

D.Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain :
1.   Bagi Siswa
 Menambah pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa dalam proses pembelajaran matematika dengan menggunakan media Blok Dienes pada pembelajaran operasi pengurangan bilangan cacah.
2.      Bagi Guru
Sebagai pedoman atau acuan bagi guru dengan maksud dapat meningkatkan profesional guru dalam penggunaan alat peraga ( Blok Dienes ).
3.      Bagi sekolah
Dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah, yang tercermin dari peningkatan kemampuan potensial guru dalam mengelola pembelajaran dan memperbaiki proses dan hasil belajar yang diperoleh siswa.
4.      Bagi peneliti
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi (referensi) yang dapat digunakan untuk pengembangan ilmu dan penelitian lanjutan tentang soal pengurangan bilangan cacah di kelas II Sekolah Dasar kelas.


Bagi yang ingin berminat secara lengkap silahkan hubungi....081947777252 (Wandi) 

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS V MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING METODE INSIDE-OUTSIDE CIRCLE DI SDN 12 GUGUAK KECAMATAN GUGUAK KABUPATEN LIMA PULUH KOTA


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membangun manusia seutuhnya yang berkualitas sesuai dengan yang diinginkan. Pendidikan tersebut antara lain bisa ditempuh melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran ini merupakan inti dari pendidikan secara keseluruhan.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran selama ini, ada kecendrungan bahwa peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi dan pada mata pelajaran apapun guru lebih banyak mendorong agar siswa dapat menguasai sejumlah materi pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya (2007:1), “dengan kata lain otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari”.
Mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar (SD), mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis, serta menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik; dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tanggal 28 Maret 2011 di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota, ditemukan fenomena bahwa hasil belajar siswa tampak rendah pada pembelajaran IPS. Dari hasil wawancara awal yang dilakukan terhadap guru kelas V di SDN 12 Guguak, diketahui bahwa kurang maksimalnya hasil ujian mid pembelajaran IPS di kelas V yang siswanya berjumlah 13 orang. Di sekolah ini, kriteria ketuntasan minimal (KKM), khususnya untuk mata pelajaran IPS adalah 65. Dalam hal ini, terdapat 6 orang siswa yang nilainya di bawah KKM (32, 42, 44, 54, 55, 58), sementara nilainya yang berada di atas KKM adalah 7 orang siswa (64, 67, 78, 82, 86, 88, 90). Secara ringkas, gambaran pencapaian KKM di kelas V ini bisa dilihat seperti tabel di bawah ini:
Tabel 1.
Nilai Ujian Mid Semester I Siswa Kelas V SDN 12 Guguak Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota pada Mata Pelajaran IPS Tahun Ajaran 2010/2011

Ujian Mid Semester
Nilai IPS
Pencapaian KKM
Tertinggi
Terendah
Rata-rata
Nilai ≥ 65
Nilai ≤ 65
1
90
32
64,62
7 orang
6 orang
Sumber: Guru Kelas V SDN 12 Guguak Kecamatan Guguak,
 Kabupaten Lima Puluh Kota
Menurut Eva Gusmeri guru kelas V SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota biasanya dalam pembelajaran (termasuk pembelajaran IPS) terdapat 5 orang siswa yang sering tidak memperhatikan guru. Mereka bermain-main dan bercerita dengan teman sebangkunya, berkelahi, dan ada pula yang izin keluar masuk sehingga tugas yang diberikan guru pun sering tidak selesai. Ketika mereka tidak memperhatikan pelajaran, mereka sering ditegur oleh guru, namun mereka tidak menghiraukannya. Menurut peneliti, hal ini terjadi karena siswa kurang tertarik dengan apa yang disampaikan guru di kelas. Seorang guru harus mampu untuk mencari jalan keluar atas permasalahan ini untuk memotivasi siswa agar timbul rasa ingin tahu, perhatian, tertarik, dan senang terhadap pembelajaran tersebut.
Guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Menurut Oemar Hamalik (2007:33),
Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar-mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil-tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan kata lain: guru harus mampu menciptakan suatu situasi belajar yang sebaik-baiknya.

Selama ini penggunaan metode ceramah lebih banyak dilakukan dan dipandang lebih efektif. Siswa lebih banyak mendengarkan, melihat kegiatan yang dilakukan guru di muka kelas. Keadaan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja karena siswa akan merasa bosan dengan metode yang hanya mengandalkan penjelasan dari guru (metode ceramah). Apalagi mengingat bahwa guru memegang peranan penting untuk melakukan perubahan. Di sini, peneliti memberikan solusi terhadap masalah tersebut di atas, yaitu melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle.
Stahl (dalam Etin Solihatin, 2007:5), mengatakan bahwa “model pembelajaran cooperative learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar” kemudian Slavin (dalam Etin, 2007:4) mengatakan bahwa “Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen”.
Selanjutnya menurut Agus Suprijono (2010:97), “Pembelajaran melalui model Cooperative Learning metode Inside-Outside Circle diawali dengan pembentukan kelompok. Jika kelas terdiri dari 40 orang bagilah menjadi 2 kelompok besar. Tiap-tiap kelompok besar terdiri dari 2 kelompok lingkaran dalam dengan jumlah anggota 10 dan kelompok lingkaran luar terdiri dari 10 orang”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui model Cooperative Learning metode Inside-Outside Circle merupakan model pembelajaran yang menuntut kerjasama antara siswa dan dapat menjadikan siswa terlibat aktif dan dirasa dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar yang optimal.
Karena peneliti merasa tertarik dengan masalah di atas, maka peneliti membahasnya dalam bentuk penelitian yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Kelas V melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak,  Kabupaten Lima Puluh Kota”.

B.     Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan serta kemampuan peneliti yang terbatas, maka penelitian ini dibatasi pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota yang tampak pada saat mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan membuat rangkuman.

C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota?


D.    Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: untuk peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota?

E.     Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini guru dapat mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran serta dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, di antaranya:
1.      Bagi siswa SD, membantu siswa meningkatkan aktivitas dan hasil belajarnya sehingga dapat mengikuti pembelajaran IPS dengan baik.
2.      Bagi guru SD, sebagai pedoman melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle dalam pembelajaran IPS.
3.      Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah.
4.      Bagi peneliti, dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan peneliti tentang Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle dalam pembelajaran IPS.

 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membangun manusia seutuhnya yang berkualitas sesuai dengan yang diinginkan. Pendidikan tersebut antara lain bisa ditempuh melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran ini merupakan inti dari pendidikan secara keseluruhan.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran selama ini, ada kecendrungan bahwa peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi dan pada mata pelajaran apapun guru lebih banyak mendorong agar siswa dapat menguasai sejumlah materi pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya (2007:1), “dengan kata lain otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari”.
Mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar (SD), mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis, serta menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik; dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tanggal 28 Maret 2011 di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota, ditemukan fenomena bahwa hasil belajar siswa tampak rendah pada pembelajaran IPS. Dari hasil wawancara awal yang dilakukan terhadap guru kelas V di SDN 12 Guguak, diketahui bahwa kurang maksimalnya hasil ujian mid pembelajaran IPS di kelas V yang siswanya berjumlah 13 orang. Di sekolah ini, kriteria ketuntasan minimal (KKM), khususnya untuk mata pelajaran IPS adalah 65. Dalam hal ini, terdapat 6 orang siswa yang nilainya di bawah KKM (32, 42, 44, 54, 55, 58), sementara nilainya yang berada di atas KKM adalah 7 orang siswa (64, 67, 78, 82, 86, 88, 90). Secara ringkas, gambaran pencapaian KKM di kelas V ini bisa dilihat seperti tabel di bawah ini:
Tabel 1.
Nilai Ujian Mid Semester I Siswa Kelas V SDN 12 Guguak Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota pada Mata Pelajaran IPS Tahun Ajaran 2010/2011

Ujian Mid Semester
Nilai IPS
Pencapaian KKM
Tertinggi
Terendah
Rata-rata
Nilai ≥ 65
Nilai ≤ 65
1
90
32
64,62
7 orang
6 orang
Sumber: Guru Kelas V SDN 12 Guguak Kecamatan Guguak,
 Kabupaten Lima Puluh Kota
Menurut Eva Gusmeri guru kelas V SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota biasanya dalam pembelajaran (termasuk pembelajaran IPS) terdapat 5 orang siswa yang sering tidak memperhatikan guru. Mereka bermain-main dan bercerita dengan teman sebangkunya, berkelahi, dan ada pula yang izin keluar masuk sehingga tugas yang diberikan guru pun sering tidak selesai. Ketika mereka tidak memperhatikan pelajaran, mereka sering ditegur oleh guru, namun mereka tidak menghiraukannya. Menurut peneliti, hal ini terjadi karena siswa kurang tertarik dengan apa yang disampaikan guru di kelas. Seorang guru harus mampu untuk mencari jalan keluar atas permasalahan ini untuk memotivasi siswa agar timbul rasa ingin tahu, perhatian, tertarik, dan senang terhadap pembelajaran tersebut.
Guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Menurut Oemar Hamalik (2007:33),
Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar-mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil-tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan kata lain: guru harus mampu menciptakan suatu situasi belajar yang sebaik-baiknya.

Selama ini penggunaan metode ceramah lebih banyak dilakukan dan dipandang lebih efektif. Siswa lebih banyak mendengarkan, melihat kegiatan yang dilakukan guru di muka kelas. Keadaan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja karena siswa akan merasa bosan dengan metode yang hanya mengandalkan penjelasan dari guru (metode ceramah). Apalagi mengingat bahwa guru memegang peranan penting untuk melakukan perubahan. Di sini, peneliti memberikan solusi terhadap masalah tersebut di atas, yaitu melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle.
Stahl (dalam Etin Solihatin, 2007:5), mengatakan bahwa “model pembelajaran cooperative learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar” kemudian Slavin (dalam Etin, 2007:4) mengatakan bahwa “Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen”.
Selanjutnya menurut Agus Suprijono (2010:97), “Pembelajaran melalui model Cooperative Learning metode Inside-Outside Circle diawali dengan pembentukan kelompok. Jika kelas terdiri dari 40 orang bagilah menjadi 2 kelompok besar. Tiap-tiap kelompok besar terdiri dari 2 kelompok lingkaran dalam dengan jumlah anggota 10 dan kelompok lingkaran luar terdiri dari 10 orang”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui model Cooperative Learning metode Inside-Outside Circle merupakan model pembelajaran yang menuntut kerjasama antara siswa dan dapat menjadikan siswa terlibat aktif dan dirasa dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar yang optimal.
Karena peneliti merasa tertarik dengan masalah di atas, maka peneliti membahasnya dalam bentuk penelitian yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Kelas V melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak,  Kabupaten Lima Puluh Kota”.

B.     Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan serta kemampuan peneliti yang terbatas, maka penelitian ini dibatasi pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota yang tampak pada saat mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan membuat rangkuman.

C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota?


D.    Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: untuk peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota?

E.     Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini guru dapat mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran serta dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, di antaranya:
1.      Bagi siswa SD, membantu siswa meningkatkan aktivitas dan hasil belajarnya sehingga dapat mengikuti pembelajaran IPS dengan baik.
2.      Bagi guru SD, sebagai pedoman melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle dalam pembelajaran IPS.
3.      Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah.
4.      Bagi peneliti, dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan peneliti tentang Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle dalam pembelajaran IPS.

 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membangun manusia seutuhnya yang berkualitas sesuai dengan yang diinginkan. Pendidikan tersebut antara lain bisa ditempuh melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran ini merupakan inti dari pendidikan secara keseluruhan.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran selama ini, ada kecendrungan bahwa peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi dan pada mata pelajaran apapun guru lebih banyak mendorong agar siswa dapat menguasai sejumlah materi pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya (2007:1), “dengan kata lain otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari”.
Mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar (SD), mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis, serta menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik; dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tanggal 28 Maret 2011 di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota, ditemukan fenomena bahwa hasil belajar siswa tampak rendah pada pembelajaran IPS. Dari hasil wawancara awal yang dilakukan terhadap guru kelas V di SDN 12 Guguak, diketahui bahwa kurang maksimalnya hasil ujian mid pembelajaran IPS di kelas V yang siswanya berjumlah 13 orang. Di sekolah ini, kriteria ketuntasan minimal (KKM), khususnya untuk mata pelajaran IPS adalah 65. Dalam hal ini, terdapat 6 orang siswa yang nilainya di bawah KKM (32, 42, 44, 54, 55, 58), sementara nilainya yang berada di atas KKM adalah 7 orang siswa (64, 67, 78, 82, 86, 88, 90). Secara ringkas, gambaran pencapaian KKM di kelas V ini bisa dilihat seperti tabel di bawah ini:
Tabel 1.
Nilai Ujian Mid Semester I Siswa Kelas V SDN 12 Guguak Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota pada Mata Pelajaran IPS Tahun Ajaran 2010/2011

Ujian Mid Semester
Nilai IPS
Pencapaian KKM
Tertinggi
Terendah
Rata-rata
Nilai ≥ 65
Nilai ≤ 65
1
90
32
64,62
7 orang
6 orang
Sumber: Guru Kelas V SDN 12 Guguak Kecamatan Guguak,
 Kabupaten Lima Puluh Kota
Menurut Eva Gusmeri guru kelas V SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota biasanya dalam pembelajaran (termasuk pembelajaran IPS) terdapat 5 orang siswa yang sering tidak memperhatikan guru. Mereka bermain-main dan bercerita dengan teman sebangkunya, berkelahi, dan ada pula yang izin keluar masuk sehingga tugas yang diberikan guru pun sering tidak selesai. Ketika mereka tidak memperhatikan pelajaran, mereka sering ditegur oleh guru, namun mereka tidak menghiraukannya. Menurut peneliti, hal ini terjadi karena siswa kurang tertarik dengan apa yang disampaikan guru di kelas. Seorang guru harus mampu untuk mencari jalan keluar atas permasalahan ini untuk memotivasi siswa agar timbul rasa ingin tahu, perhatian, tertarik, dan senang terhadap pembelajaran tersebut.
Guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Menurut Oemar Hamalik (2007:33),
Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar-mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil-tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan kata lain: guru harus mampu menciptakan suatu situasi belajar yang sebaik-baiknya.

Selama ini penggunaan metode ceramah lebih banyak dilakukan dan dipandang lebih efektif. Siswa lebih banyak mendengarkan, melihat kegiatan yang dilakukan guru di muka kelas. Keadaan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja karena siswa akan merasa bosan dengan metode yang hanya mengandalkan penjelasan dari guru (metode ceramah). Apalagi mengingat bahwa guru memegang peranan penting untuk melakukan perubahan. Di sini, peneliti memberikan solusi terhadap masalah tersebut di atas, yaitu melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle.
Stahl (dalam Etin Solihatin, 2007:5), mengatakan bahwa “model pembelajaran cooperative learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar” kemudian Slavin (dalam Etin, 2007:4) mengatakan bahwa “Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen”.
Selanjutnya menurut Agus Suprijono (2010:97), “Pembelajaran melalui model Cooperative Learning metode Inside-Outside Circle diawali dengan pembentukan kelompok. Jika kelas terdiri dari 40 orang bagilah menjadi 2 kelompok besar. Tiap-tiap kelompok besar terdiri dari 2 kelompok lingkaran dalam dengan jumlah anggota 10 dan kelompok lingkaran luar terdiri dari 10 orang”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui model Cooperative Learning metode Inside-Outside Circle merupakan model pembelajaran yang menuntut kerjasama antara siswa dan dapat menjadikan siswa terlibat aktif dan dirasa dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar yang optimal.
Karena peneliti merasa tertarik dengan masalah di atas, maka peneliti membahasnya dalam bentuk penelitian yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Kelas V melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak,  Kabupaten Lima Puluh Kota”.

B.     Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan serta kemampuan peneliti yang terbatas, maka penelitian ini dibatasi pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota yang tampak pada saat mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan membuat rangkuman.

C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota?


D.    Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: untuk peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota?

E.     Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini guru dapat mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran serta dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, di antaranya:
1.      Bagi siswa SD, membantu siswa meningkatkan aktivitas dan hasil belajarnya sehingga dapat mengikuti pembelajaran IPS dengan baik.
2.      Bagi guru SD, sebagai pedoman melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle dalam pembelajaran IPS.
3.      Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah.
4.      Bagi peneliti, dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan peneliti tentang Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle dalam pembelajaran IPS.

 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membangun manusia seutuhnya yang berkualitas sesuai dengan yang diinginkan. Pendidikan tersebut antara lain bisa ditempuh melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran ini merupakan inti dari pendidikan secara keseluruhan.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran selama ini, ada kecendrungan bahwa peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi dan pada mata pelajaran apapun guru lebih banyak mendorong agar siswa dapat menguasai sejumlah materi pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya (2007:1), “dengan kata lain otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari”.
Mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar (SD), mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis, serta menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik; dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tanggal 28 Maret 2011 di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota, ditemukan fenomena bahwa hasil belajar siswa tampak rendah pada pembelajaran IPS. Dari hasil wawancara awal yang dilakukan terhadap guru kelas V di SDN 12 Guguak, diketahui bahwa kurang maksimalnya hasil ujian mid pembelajaran IPS di kelas V yang siswanya berjumlah 13 orang. Di sekolah ini, kriteria ketuntasan minimal (KKM), khususnya untuk mata pelajaran IPS adalah 65. Dalam hal ini, terdapat 6 orang siswa yang nilainya di bawah KKM (32, 42, 44, 54, 55, 58), sementara nilainya yang berada di atas KKM adalah 7 orang siswa (64, 67, 78, 82, 86, 88, 90). Secara ringkas, gambaran pencapaian KKM di kelas V ini bisa dilihat seperti tabel di bawah ini:
Tabel 1.
Nilai Ujian Mid Semester I Siswa Kelas V SDN 12 Guguak Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota pada Mata Pelajaran IPS Tahun Ajaran 2010/2011

Ujian Mid Semester
Nilai IPS
Pencapaian KKM
Tertinggi
Terendah
Rata-rata
Nilai ≥ 65
Nilai ≤ 65
1
90
32
64,62
7 orang
6 orang
Sumber: Guru Kelas V SDN 12 Guguak Kecamatan Guguak,
 Kabupaten Lima Puluh Kota
Menurut Eva Gusmeri guru kelas V SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota biasanya dalam pembelajaran (termasuk pembelajaran IPS) terdapat 5 orang siswa yang sering tidak memperhatikan guru. Mereka bermain-main dan bercerita dengan teman sebangkunya, berkelahi, dan ada pula yang izin keluar masuk sehingga tugas yang diberikan guru pun sering tidak selesai. Ketika mereka tidak memperhatikan pelajaran, mereka sering ditegur oleh guru, namun mereka tidak menghiraukannya. Menurut peneliti, hal ini terjadi karena siswa kurang tertarik dengan apa yang disampaikan guru di kelas. Seorang guru harus mampu untuk mencari jalan keluar atas permasalahan ini untuk memotivasi siswa agar timbul rasa ingin tahu, perhatian, tertarik, dan senang terhadap pembelajaran tersebut.
Guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Menurut Oemar Hamalik (2007:33),
Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar-mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil-tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan kata lain: guru harus mampu menciptakan suatu situasi belajar yang sebaik-baiknya.

Selama ini penggunaan metode ceramah lebih banyak dilakukan dan dipandang lebih efektif. Siswa lebih banyak mendengarkan, melihat kegiatan yang dilakukan guru di muka kelas. Keadaan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja karena siswa akan merasa bosan dengan metode yang hanya mengandalkan penjelasan dari guru (metode ceramah). Apalagi mengingat bahwa guru memegang peranan penting untuk melakukan perubahan. Di sini, peneliti memberikan solusi terhadap masalah tersebut di atas, yaitu melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle.
Stahl (dalam Etin Solihatin, 2007:5), mengatakan bahwa “model pembelajaran cooperative learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar” kemudian Slavin (dalam Etin, 2007:4) mengatakan bahwa “Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen”.
Selanjutnya menurut Agus Suprijono (2010:97), “Pembelajaran melalui model Cooperative Learning metode Inside-Outside Circle diawali dengan pembentukan kelompok. Jika kelas terdiri dari 40 orang bagilah menjadi 2 kelompok besar. Tiap-tiap kelompok besar terdiri dari 2 kelompok lingkaran dalam dengan jumlah anggota 10 dan kelompok lingkaran luar terdiri dari 10 orang”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui model Cooperative Learning metode Inside-Outside Circle merupakan model pembelajaran yang menuntut kerjasama antara siswa dan dapat menjadikan siswa terlibat aktif dan dirasa dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar yang optimal.
Karena peneliti merasa tertarik dengan masalah di atas, maka peneliti membahasnya dalam bentuk penelitian yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Kelas V melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak,  Kabupaten Lima Puluh Kota”.

B.     Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan serta kemampuan peneliti yang terbatas, maka penelitian ini dibatasi pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota yang tampak pada saat mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan membuat rangkuman.

C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota?


D.    Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: untuk peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V melalui model cooperative learning metode inside-outside circle di SDN 12 Guguak, Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota?

E.     Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini guru dapat mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran serta dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, di antaranya:
1.      Bagi siswa SD, membantu siswa meningkatkan aktivitas dan hasil belajarnya sehingga dapat mengikuti pembelajaran IPS dengan baik.
2.      Bagi guru SD, sebagai pedoman melalui Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle dalam pembelajaran IPS.
3.      Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah.
4.      Bagi peneliti, dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan peneliti tentang Model Cooperative Learning Metode Inside-Outside Circle dalam pembelajaran IPS.

 Bagi yang ingin berminat secara lengkap silahkan hubungi....081947777252 (Wandi)