BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sektor
pariwisata merupakan salah satu potensi ekonomi kerakyatan yang perlu
dikembangkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan
daerah. Hal ini dilakukan secara menyeluruh dan merata sehingga perlu adanya
pembinaan yang terarah dan terkoordinir. Di samping itu, konsep tentang pariwisata
mencakup tentang upaya
pemberdayaan, usaha pariwisata, objek dan daya tarik wisata serta berbagai
kegiatan dan jenis usaha pariwisata. Smith dalam Wardiyanta menyatakan bahwa
secara substansi pariwisata merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat,
yaitu berkaitan dengan cara penggunaan waktu senggang yang dimiliki sesorang.[1]
Ketegori objek wisata terbagi dua yang pertama adalah
objek wisata yang dari perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya
serta sejarah bangsa dan tempat yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi,
yang kedua adalah objek wisata yang daya tariknya bersumber pada keindahaan alam
dan tata lingkungannya.[2]
Dalam
Undang-undang Nomor 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan disebutkan bahwa wisata
merupakan kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek atau
daya tarik wisata.[3]
Dalam hal ini di Sumatera Barat sesuai dengan potensi dan kondisi
kepariwisataan telah ditunjuk sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW). Potensi dan kondisi
kepariwisataan Sumatera Barat dapat menjadi andalan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan untuk
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya sikap agar pengembangan pariwisata
dapat bernilai lebih dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.[4]
Objek wisata
menjadi komoditi yang banyak digunakan oleh suatu Negara. Karena dengan adanya
objek wisata maka potensi ekonomi sangat besar, seperti adanya pedagang yang
menjajakan berbagai makanan dan minuman, penyediaan alat transfortasi, dan
berbagai jasa-jasa lainnya. Dengan demikian sektor pariwisata juga dapat
dipengaruhi oleh kondisi ekonomi seperti kondisi moneter, tingkat pendapatan
rata-rata penduduk, tingkat daya beli masyarakat, dan lain-lain.[5]
Kegiatan atau
aktivitas pariwisata pada perkembangannya telah menjadi industri pariwisata dan
merupakan salah satu sektor yang dapat memberikan keuntungan secara ekonomi. Di
negara sedang berkembang seperti Indonesia, sektor pariwisata dijadikan sebagai
salah satu sumber devisa negara, lebih-lebih adanya pandangan bahwa pariwisata
merupakan eksport yang tidak kentara (invisible export), yang tidak
mencemari lingkungan (smokeless industries), dan industri yang tidak
akan pernah berakhir (never ending industries).[6]
Berdasarkan hal tersebut telah mendorong para pengambil keputusan guna lebih
memberikan penekanan pada aspek keuntungan ekonomi dari pada konsekuensi
kelestarian lingkungan.
Salah satu
objek wisata yang berkembang saat ini adalah Jembatan Akar. Jembatan
akar (Minang: jambatan aka) dua kata
benda yang mempunyai perbedaan makna, namun dalam penggabungannya kata-katanya merupakan salah satu objek wisata yang menarik dan unik serta banyak dikunjungi oleh
masyarakat.
Keunikan
Jembatan Akar terlihat dari kontruksinya yang berbeda dengan jembatan-jembatan
lain. Jembatan biasanya terbuat dari kayu atau besi. Jembatan adalah struktur
konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus
oleh adanya rintangan-rintangan seperi lembah yang dalam, alur sungai, saluran
irigasi dan pembuangan. Sejarah
jembatan sudah cukup tua bersamaan dengan terjadinya hubungan komunikasi dan
transportasi antar sesama manusia dan antar manusia dengan alam lingkungannya.
Macam dan bentuk serta bahan yang digunakan mengalami perubahan sesuai dengan
kemajuan zaman dan teknologi, mulai dari yang sederhana sekali sampai pada
konstruksi yang mutakhir.
Objek wisata
Jembatan Akar terletak di Kenagarian Puluik-Puluik
Kecamatan Bayang Utara Kabupaten Pesisir Selatan. Kehadiran Jembatan Akar di
Kenagarian Puluik-Puluik mampu merubah daerah tersebut menjadi salah satu
Daerah Tujuan Wisata di Kabupaten Pesisir Selatan. Berdasarkan
wawancara penulis dengan tokoh masyarakat Kampung Pulut-pulut bahwa Jembatan
Akar dibuat oleh seorang tokoh masyarakat yang bernama Pakiah Sokan pada tahun 1916 dengan tujuan untuk
menghubungkan dua Desa yang terpisah oleh sungai yaitu Desa Pulut-Pulut dan
Desa Lubuak Silau. Dimasa
hidupnya Pakiah Sokan adalah seorang Ulama yang mengembangkan ajaran Islam di tanah
Bayang dengan mengajarkan syariat Islam kepada penduduk sekitar. Ide membuat
Jembatan dari Akar pohon ini timbul dikarenakan rasa kasihan seorang Pakiah
Sokan terhadap murid-muridnya yang bertempat tinggal di Kampung Lubuak Silau,
mereka tidak bisa pergi mengaji ke surau Pakiah Sokan yang terletak di Kampung Pulut-Pulut
karena harus menyebrangi sungai Batang Bayang.[7]
Jembatan yang
dibuat oleh Pakiah Sokan adalah jembatan yang terbuat dari akar pohon beringin.
Akar tersebut dililitkan ke bambu. Lama-lama kelamaan akar tersebut membentuk
seperti jembatan. Dengan alasan tersebut jembatan itu disebut dengan jembatan
akar. Niat baik Pakiah Sokan mempunyai manfaat yang besar, tidak hanya bagi
murid-muridnya tetapi juga bagi seluruh masyarakat Kampung Lubuak Silau dan
Kampung Pulut-pulut.[8] Sesuai
namanya Jembatan akar, maka seluruh komponen pembuatan Jembatan ini memang
seluruhnya terbuat dari akar pohon yang menghubungkan Dua Desa. Keunikan
jembatan tersebut terlihat dari kontruksi jembatan sepanjang ± 25 m dengan lebar ± 1,5 yang membentang di
atas sungai Batang Bayang. Semua kontruksi berasal dari akar murni, tidak ada
campuran yang lain. Hal ini dikarenakan oleh dua batang Pohon Beringin yang
berdiri kokoh di kedua tebing sungai tempat jembatan itu berada.[9]
Di samping
menurut Herman bahwa keunikan tidak hanya dari kontruksinya saja, tetapi
jembatan akar juga merupakan objek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan dari
luar Kampung Lubuak Silau dan Kampung Pulut-Pulut. Wisatawan umumnya sangat
tergugah untuk menyaksikan langsung keunikan jembatan akar. Kekaguman
pengunjung biasanya langsung didokumentasi dengan foto bersama dengan background-nya
Jembatan Akar. Wisatawan tidak hanya masyarakat yang ada di Kabupaten Pesisir
Selatan, tetapi juga dari Padang, Bukittinggi, Batusangkar, Payakumbuh, dan
lain-lain. Bahkan turis mancanegara juga berkunjung ke jembatan akar.[10]
Kehadiran Jembatan Akar di Kenagarian Puluik-Puluik mampu merubah daerah
tersebut menjadi salah satu Daerah Tujuan Wisata di Kabupaten Pesisir Selatan.
Hal ini dilatarbelakangi oleh konstruksi Jembatan Akar yang unik dan menarik,
dan terletak di kawasan yang memiliki pemandangan alam yang indah. Di samping
itu, secara tradisional Jembatan Akar tetap digunakan sebagai alat tempuh untuk
menyeberangi sungai Batang Bayang. Di samping itu, tingginya populasi pengunjung juga
mempunyai banyak manfaat, baik sebagai alat penghubung antara dua tempat, atau
juga sebagai tempat untuk rekreasi. Jembatan Akar selalu dikunjungi tiap hari
oleh masyarakat sekitar Kenagarian Puluik-puluik, ataupun dari luar Kabupaten
Pesisir Selatan, termasuk turis mancanegara.
Tingginya
pengaruh Jembatan Akar bagi masyarakat Pesisir Selatan secara khusus menarik
perhatian Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan untuk memberdayakan Jembatan
Akar sebagai salah satu objek wisata potensial di Kabupaten Pesisir Selatan.
Berdasarkan input dari masyarakat setempat dan persetujuan Anggota DPRD
Kabupaten Pesisir Selatan, Bupati Pesisir Selatan menetapkan Jembatan Akar
sebagai salah satu objek wisata di Kabupaten Pesisir Selatan. Hal ini tertuang
pada SK Bupati Pesisir Selatan Nomor 10 Tahun 2002 tentang Penetapan Jembatan
Akar Sebagai Objek Wisata.
Implikasi
penetapan SK tersebut juga adanya perhatian penuh pemerintah untuk mengembangkan
Jembatan Akar menjadi salah satu objek wisata andalan di Kabupaten Pesisir
Selatan. Upaya pemerintah juga beralasan bahwa tingginya antusias wisatawan
mulai dari masyarakat setempat, dari luar dan mancanegara untuk mengunjungi
Jembatan Akar Keunikan juga menarik perhatian pemerintah untuk membangun dan
mengembangkan jembatan akar sebagai salah satu aset wisata di Kabupaten Pesisir
Selatan. Mulai tahun 2000 pemerintah mulai membangun fasilitas-fasilitas
sebagai penunjang objek wisata jembatan tersebut, seperti masjid, tempat
jualan, pendopo tempat peristirahatan pengunjung, dan lain-lain. Di samping itu
pemerintah juga memperbaiki jalan yang merupakan akses langsung ke Jembatan
Akar. Dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pesisir Selatan melakukan
perbaikan dan pelebaran jalan ke Jembatan Akar. Di samping Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata gencar mempromosikan Jembatan Akar sebagai salah satu objek wisata
yang unik di Kabupaten Pesisir Selatan. Di samping itu, pemerintah juga telah
melakukan kerja sama dengan pihak Universitas Andalas untuk mengembangkan
jembatan akar sebagai icon objek
wisata di Kabupaten Pesisir Selatan.[11]
Dengan demikian, Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan sangat mendukung upaya
pengembangan Jembatan Akar agar keunikannya tetap terjaga dan masyarakat dapat
menikmatinya dengan nyaman. Hal ini tentunya upaya positif yang harus dilakukan
dengan baik, agar upaya pengembangan keunikan Jembatan Akar dapat berjalan
dengan lancar.
Pengembangan
Jembatan Akar sebagai salah satu objek wisata di Kabupaten Pesisir Selatan juga
berdampak positif terhadap peningkatan kegiatan ekonomi di Kampung Pulut-pulut.
Setelah penetapan SK Bupati pada tahun 2002 maka dilakukan pengembangan
jembatan akar. Hal ini juga sesuai dengan observasi penulis di lapangan bahwa
di sekitar Jembatan Akar telah dibangun fasilitas-fasilitas pendukung seperti
ada beberapa warung yang menjual makanan ringan yang banyak diminati oleh
pengunjung. Menurut Nurbaiti salah seorang pedagang bahwa dengan adanya
Jembatan Akar usahanya meningkat, apalagi pada hari-hari libur, balimau dan
lebaran pengunjung banyak yang berbelanja.[12]
Dengan demikian, keunikan Jembatan Akar sebagai objek wisata juga berdampak
positif terhadap peningkatan ekonomi masyarakat setempat.
Di samping
itu, di sungai Batang Bayang juga pernah dilaksanakan lomba arum jeram. Dengan
adanya event tersebut juga salah satu bentuk promosi Jembatan Akar kepada
masyarakat umum. Sehingga pada event-event tersebut juga meningkat populasi
pengunjung ke Jembatan Akar. Dengan banyaknya pengunjung, maka transaksi jual
beli juga meningkat pada warung-warung yang ada di sekitar Jembatan Akar.
Setelah
ditetapkan SK Bupati tersebut, Jembatan Akar dilakukan pengembangan dan
perbaikan sarana dan prasarana. Sehingga populasi pengunjung bertambah dan
masyarakat setempat juga mendapatkan manfaat. Hal ini ditandai dengan perubahan
sosial ekonomi juga mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dengan adanya
beberapa perubahan profesi masyarakat setempat, yaitu yang biasanya bertani
bisa menjadi pedagang di sekitar objek wisata jembatan akar. Sedangkan yang
mempunyai kendaraan bermotor dimanfaatkan untuk jasa ojek. Perubahan tersebut
dialami setelah bertambahnya populasi pengunjung ke Jembatan Akar.
Paparan di
atas merupakan gambaran objek dari keberadaan jembatan akar sebagai salah satu
objek wisata alam yang unik. Namun jembatan akar sebagai salah satu objek
wisata perlu adanya perawatan dan pengelolaan yang baik, sehingga perubahan
sosial ekonomi masyarakat makin meningkat. Dalam hal ini peran masyarakat
setempat dan pemerintah sangat diperlukan. Tanpa adanya perhatian yang penuh
maka jembatan akar akan punah secara perlahan-lahan. Dalam hal ini perlu
pengkajian bagaimana upaya-upaya pemerintah untuk menjaga dan mengembangkan
keunikan Jembatan Akar sebagai objek wisata. Untuk Memperhatikan fenomena
tentang keunikan Jembatan Akar, maka dalam hal ini penulis sangat tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul ‘Pengaruh
Objek Wisata Jembatan Akar terhadap Perubahan Kehidupan Sosial Ekonomi
Masyarakat Puluik-Puluik Kecamatan Bayang Utara Kabupaten Pesisir Selatan Tahun
2002-2011’’.
B. Batasan Masalah
Untuk memudahkan memahami dan mengarahkan penulis mengkaji permasalahan yang menyangkut dampak objek wisata jembatan
akar terhadap perubahan sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan. Keunikan
dari Jembatan akar hingga menjadi Objek Wisata oleh Pemerintah Pesisr Selatan,
penulis merasa perlu memberikan batasan waktu dan tempat. Sebagai batasan waktu
dalam tulisan ini adalah sejak tahun 2002-2011. Penetepan tahun ini berdasarkan
SK Bupati Pesisir Selatan dikeluarkan pada tahun 2002. Sedangkan tempat yang
dimaksud penulis dalam tulisan ini adalah Kampung Pulut-Pulut kenegarian Asam
Kumbang Kecamatan Bayang Utara.
Untuk memudakan penulis dalam
pencapaiyan tujuan, maka penulis batasa
masalah dalam penelitian ini adalah :
a.
Batasan temporal
Penulis menganbil batasan pada tahun 2002 dengan tahun 2011.
Penetapan tahun ini berdasarkan awal dari penetapan SK Bupati Pesisir Selatan
tentang penetapan Jembatan Akar sebagai salah satu objek wisata sampai dengan
perkembangan yang terjadi sampai tahun 2011.
b.
Batasan spasial
Di lihat dari latar belakang daerah dan wilayah penelitia
penulis membatasi penelitian pada pesta pernikaha tahun 2005 dengan tahun 2010
di Kampung Kapau Kenagarian Kambang
Timur.
c.
Batasan tematis.
Untuk menghindar terjadi kesalan pahaman, maka penulis
membatasi tema sebagai berikut:
a.
Apa saja nyayian dasar
rabab dalam pesta pernikahan di Kampung
Kapau Kenagarian Kambang Timur.
b.
Apa saja nyayian luar
yang mempengaruhai nyayian dasar rabab di Kampung Kapau Kenagarian Kambang Timur.
c.
kapan mulai terjadi
perubaha nyayian Rabab dalam pesta pernikahan di Kampung Kapau Kenagarian Kambang Timur.
d.
Bagai mana hasil dari
penyatuan antara nyayian rabab asli denga nyayian luar di Kampung
Kapau Kenagarian Kambang Timur.
e.
Bagai mana tangapan
toko masarakat terhadap perubahan nyayian rabab dalam pesta pernikahan
di Kampung Kapau Kenagarian Kambang
Timur.
C.
Rumusan Masalah
Melihat dari
pembatasan masalah yang masih luas cakupannya, permasalahan ini penulis
rumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1.
Bagaimana
upaya pemerintah dalam mengembangkan Jembatan Akar sebagai objek wisata di
Kampung Pulut-Pulut Kenegarian Asam Kumbang Kecamatan Bayang Utara di Kabupaten Pesisir selatan Tahun 2002-2011?
2.
Bagaimana
perubahan sosial ekonomi masyarakat sekitar Jembatan Akar di Kampung Pulut-Pulut
Kenegarian Asam Kumbang Kecamatan Bayang Utara
di Kabupaten Pesisir selatan Tahun 2002-2011?
3.
Bagaimana
perkembangan pengunjung dalam mengunjungi Jembatan Akar di Kampung Pulut-Pulut
Kenegarian Asam Kumbang Kecamatan Bayang Utara
di Kabupaten Pesisir selatan pada Tahun 2002-2011?
D. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.
Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui :
a.
Upaya
pemerintah dalam mengembangkan Jembatan Akar sebagai objek wisata di Kampung Pulut-Pulut
Kenegarian Asam Kumbang Kecamatan Bayang Utara
di Kabupaten Pesisir selatan Tahun 2002-2011.
b.
Perubahan
sosial ekonomi masyarakat sekitar Jembatan Akar di Kampung Pulut-Pulut
Kenegarian Asam Kumbang Kecamatan Bayang Utara
di Kabupaten Pesisir selatan Tahun 2002-2011.
c.
Perkembangan
pengunjung dalam mengunjungi Jembatan Akar di Kampung Pulut-Pulut Kenegarian
Asam Kumbang Kecamatan Bayang Utara di
Kabupaten Pesisir selatan pada Tahun 2002-2011.
2.
Manfaat
Penelitian
Sedangkan manfaat
penulisan ini adalah adalah untuk menembah literatur perpustakaan, menambah
pengetahuan tentang Potensi daerah Pesisir Selatan, Khususnya untuk mengatahui
lebih mendalam tentang keunikan Jembatan Akar hingga menjadi Objek Wisata
Daerah Pesisir Selatan.
E. Tinjauan Pustaka
1.
Kerangka
Konseptual
Kerangka konseptual yang dimaksud untuk membantu
rumusan masalah dlam penelitian ini, agar penelitian ini dapat terlaksana
secara terarah dan hasilnya dapat menambah jawaban, pemecahan atau pokok
masalah penelitian yang telah diterapkan.
a.
Pengertian
Pariwisata
Pariwisata dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai suatu yang berhubungan dengan perjalanan, rekreasi,
pelancongan, turisme.[13]
Selain itu ada juga yang menyatakan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan
yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke
tempat lain dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah (bisnis) di
tempat yang dikunjungi, tetapi semacam untuk menikmati perjalanan guna
bertamasya dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang beraneka ragam seperti
melihat keindahan alam serta mengihirup udara yang sejuk di daerah objek
wisata.[14]
Sedangkan kepariwisataan menurut UU Nomor 9 Tahun 1990
tentang kepariwisataan bahwa objek wisata merupakan perwujudan dari ciptaan
Tuhan, tata hidup, seni budaya, sejarah bangsa dan tempat serta keadaan alam
yang mempunyai daya tarik untuk
kunjungan wisata. Suatu objek bisa dijadikan tempat wisata apabila
mempunyai keunikan dan daya tarik harus memenuhi beberapa persyaratan.
b.
Pengelolaan
Pariwisata
Pada masa sekarang pengelolaan
pariwisata lebih dikenal dengan istilah industri pariwisata, yang dalam
pelaksanaannya para wisatawan dibedakan atas beberapa bentuk, yaitu;
1)
Wisatawan
dalam negeri, yang sering dikenal dengan wisnus (wisatawan nusantara
atau local).
2)
Wisatawan
luar negeri, yang sering juga disebut wisman (wisatawan mancanegara).[15]
Dengan memperhatikan berbagai
keperluan wisatawan maka timbullah industri pariwisata, yakni sektor industri
yang berkaitan langsung dengan kegiatan kepariwisataan. Sektor industri
pariwisata lebih banyak bergerak dalam jasa yang memberikan pelayanan (service)
pada pengguna jasa (wisatawan).[16]
c.
Daya
Tarik Objek Wisata
Dalam keunikan objek wisata terlihat dari daya tarik
bagi wisatawan untuk berkunjung. Daya tarik tersebut merupakan segala sesuatu
yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman
kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan. Pengaruh yang Nampak dari pesatnya
pembangunan adalah terjadinya Perubahan sosial budaya yang terjadi di dalam
masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi
masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju
pluralisme nilai dan norma sosial merupakan salah satu dampak yang dirasakan. Perubahan
sosial dan budaya meliputi berbagai bidang kehidupan dan merupakan masalah bagi
semua institusi sosial seperti : industri, agama, perekonomian, pemerintahan,
keluarga, perkumpulan perkumpulan dan pendidikan“.
Pokok yang
terjadi pada perubahan sosial dan budaya diakibatkan dari perubahan yang
berkembang pesat saat ini selain dari pengaruh Pembangunan, juga karena adanya
penetrasi kebudayaan dari luar yang masuk dengan mudah akibat proses
pembangunan itu sendiri. Diantaranya adalah proses dan berkembangnya pariwisata
disuatu daerah yang banyak dikunjungi wisatawan. Telah disadari bahwa
praktik-praktik pariwisata, yang melihat kebudayaan (juga alam), terutama
sebagai sumber komoditi, ternyata membawa dampak yang tidak selalu positif.
Dampak positif yang biasanya langsung dan segera dapat dirasakan adalah dalam
segi keuntungan ekonomi, sebagaimana yang telah di gariskan dalam Undang-Undang
Tentang Kepariwisataan. No.9 Tahun 1990 yaitu Salah satu tujuan penyelenggaraan
kepariwisataan adalah untuk meningkatkan pendapatan daerah dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, juga memperluas dan
memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja serta mendorong pembangunan
daerah. Selanjutnya efek
dari adanya objek wisata adalah sebagai berikut ;
a)
Seiring
dengan meningkatkanya kesejahteraan masyarakat anggaran untuk berlibur
meningkat.
b)
Tersedianya
waktu berlibur yang cukup panjang di Negara kunjungan.
c)
Kemajuan
teknologi di bidang transfortasi dan komunikasi mendorong orang untuk bepergian
jauh.
d)
Meningkatnya
kunjungan-kunjungan wisatawan ke Asia Pasifik memberikan pelung bagi objek
wisata di Indonesia untuk dikunjungi.
Jembatan akar merupakan
salah satu objek wisata yang mempunyai daya tarik tersendiri. Jembatan akar
merupakan objek wisata kumpulan dari bentuk objek wisata sejarah, budaya, alam
dan sungai. Dengan berbagai keunikan tersebut, jembatan banyak dikunjungi oleh
masyarakat. Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan berupaya
melakukan pengembangan Jembatan Akar agar keunikannya tetap terjaga dan dapat
diminati oleh seluruh pengunjung.
2.
Studi
Relevan
Penelitian tentang objek
wisata telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Penelitian yang dilakukan oleh
Melidawati tahun 2003 yang melakukan meneliti untuk skripsi tentang
“Perkembangan Pariwisata Danau Maninjau Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam Tahun
1997-2002”, yang membahas tentang perkembangan objek wisata Danau Maninjau pada
krisis ekonomi pada tahun 1997 sampai pada tahun 2002 dimana mulai membaiknya
ekonomi masyarakat.
Penelitian lain dalam
skripsi yang ditulis oleh Evi Murni (2000) yang membahas tentang “Dampak
Pariwisata Terhadap Ekonomi Masyarakat Maninjau Kecamatan Tanjung Raya
Kabupaten Agam (1991-1997)”, yang membahas tentang upaya pemerintah menjadikan
pariwisata Maninjau sebagai primadona alam dan Visit Indonesiaan Year 1991.
Penelitian lain dalam
skripsi ditulis oleh Afriyenti (2010) yang membahas tentang “Pengembangan Objek
Wisata Jembatan Akar Kecamatan Bayang Utara Kabupetan Pesisir Selatan”. Dalam
penelitian ini membahas tentang upaya-upaya pengembangan yang dilakukan
terhadap daerah tujuan wisata Jembatan Akar oleh masyarakat dan pemerintah
Kabupaten Pesisir Selatan.
Berdasarkan dua
penelitian di atas, penulis meneliti pada aspek pengaruh Objek Wisata Jembatan
terhadap perubahan social ekonomi masyarakat Pulut-Pulut Kecamatan Bayang Utara
Kabupaten Pesisir Selatan. Dalam hal ini penulis memfokuskan kepada aspek
perubahan sosial ekonomi dibandingkan perkembangan objek wisata tersebut.
F. Metode Penelitian
Metode
penelitian ini menggunakan metode sejarah, yaitu proses menguji dan menganalisis
sejarah, kritis rekaman dan peninggalan masa lampau dengan menempuh proses
rekontruksi tentang masa lampau dan menuliskan hasilnya berdasarkan data yang
diperoleh yang disebut historiografi.[17]
Tahapan
penelitian ini terdiri dari empat tahapan yaitu ;
a.
Heuristic
Langkah pertama yaitu heuristic
adalah mengumpulkan data-data dan literatur yang berhubungan dengan perubahan
sosial ekonomi masyarakat di sekitar Jembatan Akar sebagai objek wisata di
Kabupaten Pesisir Selatan. Dalam hal ini penulis memperoleh data-data melalui dari
perpustaaan, hasil penelitian terdahulu, observasi dan wawancara. Setelah
penulis mendapatkan data penulis memisakan antara primer dan sumber skunder. Sumber
primer adalah sumber yang berkaitan langsung dengan objek penelitian. Dalam hal
ini adalah arsip, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Sedangkan sumber
skunder adalah sumber-sumber tambahan dalam penelitian. Dalam hal ini adalah Dinas
Pariwisata Kabupaten Pesisir Selatan, Camat Kecamatan Bayang Utara, Walinagari Pulut-pulut,
Tokoh Masyarakat Pulut-pulut, dan pedagang di sekitar objek wisata.
b.
Kritik
sumber
Langkah
yang kedua adalah kritik sumber, yaitu setelah penulis mengumpulkan data-data kemudian
penulis melakukan kritik sumber dari sekian banyak sumber yang penulis dapat
dari observasi, wawancara dan perpustakaan. Kritik penulis lakukan dari dua
cara yaitu kritik eksternal dan internal. Kritik ekternal yaitu pengujian
terhadap keutuhan sumber, sedangkan kritik internal yaiti dari segi isi sumber
itu sendiri.
c.
Interpretasi
Sedangkan langkah
yang ketiga adalah interpretasi, yaitu menafsirkan keterangan-keterangan sumber
yang telah teruji keabsahannya, dan disimpulkan. Interpretasi tersebut
bersumber dari ktirik sumber pada tahap sebelumnya.
d.
Penulisan.
Sedangkan yang
keempat adalah melakukan penulisan dalam bentuk karya ilmiah berupa skripsi.
Hal ini dilakukan sebagaimana layaknya dalam studi sejarah, dengan
menggabungkan kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari literatur-literatur (historiografi).
[2]
Sumber : Nyoman S Pendit. 1994. Ilmu Pariwisata, Jakarta.
[3]
Sumber : Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan
[4]
JamraHal. 2002. Tahun 2003 Sebagai Tahun Pariwisata Sumatera Barat, (Harian
Haluan, Rabu 27 November), Hal. 5
[5]
Sumber : Suyitno. 2008. Perencanaan
Wisata, (Yogyakarta : Penerbit
Kanisius,), Hal. 14
[6]
Sumber : http://balisewamobil.biz/bali-blog/index.php
[7]
Sumber : Syafdimar, Sekretaris KAN Nagari Pulut-pulut, Wawancara, Pulut-pulut : 4 Agustus 2011
[8]
Sumber : Syafdimar, Sekretaris KAN Nagari Pulut-pulut, Wawancara, Pulut-pulut : 4 Agustus 2011
[9]
Sumber : Herman, Pengelola Jembatan Akar, Wawancara,
Pulut-pulut : 5 Agustus 2011
[10]
Sumber : Herman, Pengelola Jembatan Akar, Wawancara,
Pulut-pulut : 5 Agustus 2011
[11] Sumber :
http://pesisirselatan.go.id/index.php?mod=pariwisata&id=4
[12]
Sumber : Nurbaiti, Pedagang Jembatan Akar, Wawancara, Pulut-pulut : 5
Agustus 2011 Pulut-pulut : 8 Agustus 2011
[13]
Sumber : Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). (Jakarta
: Balai Pustaka), hal. 830
[14]
Sumber : Oka Yoeti. 1983. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa,
hal. 109
[15]
Sumber : Zulkifli Harun. 2002), Jurnal Antropologi, (Padang : FISIP
UNAND), hal. 108
[16]
Sumber : Zulkifli Harun. 2002), Jurnal Antropologi, (Padang : FISIP
UNAND), hal. 109
[17]
Sumber : Louis Gottschaik. 1986). Mengerti Sejarah, Jakarta : UI Press. hal. 34
Bagi yang ingin berminat secara lengkap silahkan hubungi....081947777252 (Wandi)
gan bisa di publish gk bab 2 nya?
BalasHapuslagi nyari referensi nih
thanks
Gan yg afriyenti dari universitas mne.. Ane butuh referensi.a
BalasHapus